Jumat, 3 Mei 2024

Perkara Beras Makin Ruwet, Impor 500.000 Ton dan Cekcok Bank Dunia VS Kementan, Siapa Benar?

ads-custom-5

Jakarta, BUMN Info l Baru-baru ini masyarakat sering sekali digemparkan dengan topik beras yang berkepanjangan. Tentu ini adalah hal wajar, mengingat beras menjadi kebutuhan dasar yang hampir setiap hari semua manusia mengonsumsinya. Kalau dirangkum yang paling terdekat, setidaknya terdapat dua kabar besar yang paling membuat masyarakat banyak membicarakannya.

  1. Kabar Impor Beras Sejumlah 500.000 Ton

Kata “impor” di negeri kita menjadi satu kata yang tak jarang dinilai negatif. Pada 16 Desember lalu impor beras mulai masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok dan Merak sebesar 10 ribu ton. Rinciannya di Tanjung Priok berasal dari Vietnam sebesar 5.000 ton, sementara barang yang masuk ke Pelabuhan Merak berasal dari Thailand sebesar 5.000 ton.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, impor yang diterima itu masih tahap pertama. Kabar yang lebih mengejutkan ternyata total 500 ribu ton beras akan diimpor. Setelah impor 200 ribu ton tahun ini ditargetkan tiba di 14 pelabuhan Indonesia hingga akhir Desember 2022, Bulog akan kembali melakukan impor 300.000 ton beras di awal 2023.

Penugasan impor tersebut sesuai dengan Rapat Koordinasi Terbatas atau Rakortas yang dilakukan bersama Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Adapun untuk keseluruhan anggaran impor beras tersebut memakan biaya sebanyak 4,4 Triliun. Kementerian Perdagangan juga menyatakan sudah memberikan izin impor.

Apa Penyebab Besar Impor?

Cadangan beras pemerintah ternyata berada di bawah batas normal sebesar 1,2 juta ton. Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyatakan bahwa saat ini cadangan beras pemerintah atau CBP di Perum Bulog hanya mencapai 514 ribu ton per 5 Desember 2022.  Bulog saat ini mengalami kesulitan untuk menyerap beras petani dengan harga CBP yang ditetapkan Kementerian Perdagangan senilai Rp8.300 per kg. Pasalnya harga beras sudah melambung tinggi.

cadangan-beras-bulog-merosot-mendag-berikan-izin-impor-beras-500000-ton-by-katadata (1)

Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menyebut, salah satu penyebabnya yaitu kurang efisiennya proses produksi. Meski sisi lain ada yang klaim kalau tingkat produksi dalam negeri mengalami peningkatan. Nyatanya, pada proses produksi di tahap penggilingan dan pengangkutan di pedagang juga ikut terpengaruh. Artinya, ada peningkatan harga pada tahap ini.

Ada pula niatan pedagang untuk menaikan harga demi bisa menyerap beras yang dihasilkan. Pola panen beras di Indonesia juga turut menjadi sorotan. Misalnya, dengan pola panen dua kali setahun, dan pada musim kedua produksi mengalami penurunan volume. Dengan begitu, ini turut mengerek harga menjadi lebih tinggi. Lalu yang terakhir, yang tak kalah susah dipecahkan adanya pungutan oknum yang ada.

 

2. Kabar Harga Beras Indonesia Termahal di Asia Tenggara

Bank Dunia (World Bank) baru-baru ini melaporkan harga beras di Tanah Air lebih tinggi dari negara-negara di ASEAN selama satu dekade terakhir. Berdasarkan laporan Bank Dunia Indonesia Economic Prospect (IEP) periode Desember 2022, harga beras di Indonesia 28% lebih tinggi dari harga Filipina. Bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand harganya dua kali lipat lebih mahal. Menurut Bank Dunia penyebabnya di antaranya:

  1. adanya kebijakan pemerintah untuk mendukung harga pasar bagi produsen di sektor pertanian, seperti pembatasan perdagangan tarif impor, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama serta kebijakan harga pembelian minimum di tingkat petani
  2. kurangnya investasi jangka panjang dalam riset dan pengembangan pertanian, layanan penyuluhan, dan pengembangan sumber daya manusia pertanian telah menghambat peningkatan produktivitas yang dapat menurunkan harga pangan dalam jangka panjang.

Namun, kabar yang dilaporkan bank dunia justru ditentang oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo 

“Menurut para pakar yang ada, (laporan Bank Dunia) tidak betul itu. Terus itu (Bank Dunia) ngambil samplingnya di mana? Kapan? Kalau di saat-saat kita lagi menanam ya nggak ada, lagi panen tentu harga juga melakukan dinamika. Tapi FAO (Food and Agriculture Organization) kita nomor dua (harga paling rendah di ASEAN),” kata Syahrul dalam catatan CNBC Indonesia.

 

h

Terlepas dari adu cekcok antara Bank Dunia dengan Mentan, bagaimana kalau kita belajar mengulik sekilas bagaimana sebenarnya proses produksi tetangga? Sebutlah Vietnam.

 

Proses Produksi Beras Vietnam

Vietnam menjadi satu dari negara lain yang sukses dalam produksi berasnya. Dengan produksi beras tahunan rata-rata di atas 28 juta ton, negara tersebut jadi salah satu pengekspor beras dunia sejak beberapa tahun belakangan.

Indonesia Representative Assistant Food and Agriculture Organization (FAO) menjelaskan di negara tersebut pengembangan lahan untuk sawah padi diatur sangat ketat oleh pemerintah. Hal itulah yang berpotensi tinggi menjadikan penanaman padi di lahan yang sangat luas dan lebih fokus. Perihal fokus ini dikarenakan terdapat dukungan infrastruktur yang memadai, mulai dari proses tanam hingga panen dan setelahnya. Pengusahaan lahan oleh negara meminimalkan alih fungsi  lahan oleh petani. Vietnam pun juga diketahui memiliki lokasi yang strategis untuk ditanami padi dalam skala luas, yaitu di Sungai Mekong.

Bagaimana dengan Petaninya?

Kabarnya, para petaninya telah menerapkan teknologi pasca panen, seperti penggunaan mesin pemanen kombinasi modern dan teknologi pemrosesan padi yang canggih. Terdapat lebih dari 550 fasilitas penggilingan mekanis skala besar di seluruh negeri, terutama terkonsentrasi di Delta Mekong yang jumlahnya mencapai 95 persen.

Penggunaan teknologi tersebut berhasil menurunkan kerugian pascapanen dari 13 persen menjadi di bawah 10 persen. Menurut Institute for Policy and Strategy for Agriculture and Rural Development, rata-rata biaya produksi beras Vietnam pada tahun 2018 sekitar VND18,05 juta (sekitar Rp11 juta) per hektare. Para petani mendapat keuntungan sekitar 75 persen dari biaya produksi.

 

Penulis: Fiezu Himmah
Source: cnbcindonesiamerdekapertanian.sariagri.id

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU