Senin, 29 April 2024

Ventilator Garapan BUMN, Harapan Bagi Penanganan Pandemi

ads-custom-5

Virus corona baru yang pertama kali tersebar di Wuhan, China bernama SARS-CoV-2019 atau yang kini dikenal sebagai Covid-19 itu menyebar dengan sangat cepat ke berbagai penjuru dunia. Berdasarkan data dari Johns Hopkins University dan World Health Organizations (WHO), per Rabu (13/5) ini, virus tersebut sudah menjangkiti lebih dari 4 juta penduduk dunia.

 

Sementara di Indonesia, di waktu yang sama, virus tersebut telah menjangkit lebih dari 15 ribu orang dan 1000-an di antaranya meninggal dunia.

 

Menurut WHO, virus ini memang menimbulkan efek yang hampir sama dengan pneumonia pada umumnya, hanya saja tingkat infeksinya lebih parah. Terlebih, belum ditemukan obat dan vaksin yang mampu menghalau penyebarannya.

 

Salah satu efeknya pada tubuh manusia ialah adanya peradangan di dalam paru-paru sehingga menimbulkan sesak napas. Jika tingkat infeksi semakin kritis, maka perlu adanya sokongan bagi pasien untuk bisa bernafas lebih teratur, yakni dengan menggunakan ventilator.

 

Ventilator merupakan peralatan yang dirancang untuk membantu seseorang bernapas secara efektif di kala jalur pernafasannya terganggu. Berdasarkan peneliti dari American Lung Association, hal ini karena paru-paru terjalin dengan pembuluh darah, kemudian ventilator membantu terjadi proses masuknya oksigen ke aliran darah.

 

Untuk menekan pasien positif Covid-19 yang mengalami gagal napas, pemerintah mendesak berbagai industri manufaktur, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk ikut meriset dan memproduksi ventilator sendiri, sehingga tak harus bergantung dengan produksi luar negeri. Mengingat harga yang lebih mahal dengan proses penyediaan yang relatif lebih lama.

 

Presiden Joko Widodo menargetkan produksi ventilator bisa digeber secepatnya untuk segera didistribusikan dan digunakan untuk menyelamatkan banyak pasien di seluruh Indonesia pada akhir Mei 2020.

 

“Saya minta agar inovasi-inovasi yang telah dilakukan ini mulai kita bisa produksi secara massal, sehingga kita tidak tergantung lagi pada produk-produk impor dari negara lain. Kita harapkan nanti paling tidak akhir Mei atau awal Juni ini sudah bisa kita produksi,” kata Jokowi saat membuka rapat terbatas percepatan penanganan pandemi Covid-19 di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (11/5).

 

Ventilator Produksi BUMN Siap Edar

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau produk ventilator ciptaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan ITB. Foto: dok. PTDI
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau produk ventilator ciptaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan ITB. Foto: dok. PTDI

Dilansir dari Katadata, jumlah ventilator di Indonesia baru ada sekitar 8400 unit per Maret lalu. Padahal, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memproyeksikan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 29,9 ribu unit. Butuh 21 ribu lebih ventilator tambahan untuk mencukupi kebutuhan penanganan di seantero Tanah Air. Sementara, anggaran dan waktu untuk mengimpor alat dari luar negeri sangat terbatas.

 

Atas urgensi ini, sejumlah BUMN bergegas melakukan riset mengenai pembuatan ventilator berstandar WHO. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumumkan bahwa perusahaan BUMN yang berbasis di Jawa Barat sudah bisa memproduksi ventilator untuk digunakan oleh pasien Covid-19. Tiga di antaranya telah memproduksinya, yakni PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI, dan PT Len Industri (Persero).

 

“Ventilator untuk pasien Covid-19 yang selama ini impor dan mahal sekitar 500-700 juta rupiah per unit, sekarang bisa turun menjadi hanya 10-15 juta rupiah per unit produksi PT Pindad untuk tipe pasien akut dan PT Dirgantara Indonesia untuk tipe pasien moderat,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya, dalam akun Instagram resminya, @RidwanKamil.

 

Ia menjelaskan, PT Pindad yang biasanya memproduksi senjata, bekerja sama dengan UI dan UGM sehingga bisa memproduksi sekitar 200 ventilator per bulan. Selain itu, PTDI yang biasanya memproduksi pesawat terbang, juga telah bisa memproduksi 500 ventilator per bulan dan bekerja sama dengan ITB serta Yayasan Salman ITB.

 

Emil berharap, dengan diversifikasi bisnis yang dilakukan dua BUMN tersebut diharapkan semua rumah sakit di Indonesia yang merawat pasien Covid-19 tidak akan kekurangan alat bantu pernapasan atau ventilator.

 

“Insya Allah, semua rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 tidak akan kekurangan alat bantu pernapasan atau ventilator lagi dan tidak usah impor lagi. Inilah kerja bersama dari para inventor dan industri di Jawa Barat untuk Indonesia dan kelak dunia dalam menangani masalah Covid-19,” tutur Emil.

 

Jika ventilator BUMN ini sudah siap edar, nantinya PT Indofarma (Persero) Tbk akan menjadi penyerap dari produk-produk ini untuk didistribusikan dan dijual ke berbagai fasilitas Kesehatan di Indonesia. Penyerapan oleh Indofarma ini diputuskan atas penunjukan dari Kementerian BUMN, sehingga Perseroan farmasi tersebut menjadi off-taker utama untuk penyediaan ventilator di Tanah Air

 

Jenis Ventilator yang Dikembangkan

Produk ventilator ciptaan PTDI. Foto: istimewa
Produk ventilator ciptaan PTDI. Foto: istimewa

Untuk ventilator buatan Pindad, tipe yang tengah dikembangkan ialah VRM. Alat bantu napas jenis ini berfungsi untuk membantu pasien gagal nafas dengan memberikan penambahan oksigen.

 

Pindad mengklaim ventilator sederhana ini akan dibanderol dengan harga yang murah. Alat ini ditaksir sebesar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Lebih murah dibandingkan ventilator impor yang bisa mencapai Rp 700 juta per alat.

 

Wakil Sementara Sekretaris Perusahaan PT Pindad Herryawan Roosdyanto menyatakan, harga ventilator VRM ciptaan Perseroan bisa murah sebab memiliki fungsi medis minimum yang lengkap meski bahan bakunya murah dan mudah diperoleh di Indonesia.

 

“Untuk ventilator jenis ini secara fungsi minimum media sudah terwakili, terwadahi, terpenuhi. Memenuhi baku mutunya,” ungkap Herry.

 

Selain itu, Pindad juga memproduksi ventilator berjenis Covent-20. Alat jenis ini dirancang sebagai ventilator darurat dan portable dengan siklus waktu dan volume konstan untuk pengaturan pra-rumah sakit, intra-rumah sakit, antar-rumah sakit, dan transportasi. Sehingga bisa dibawa ke mana-mana untuk kebutuhan pasien yang tersebar.

 

PT Dirgantara Indonesia atau PTDI pun bersiap memproduksi 500 hingga 1000 ventilator setiap bulannya, karena telah lulus uji klinis di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan. Produk bernama Vent-I hasil kolaborasi antara ITB, Unpad, dan YPM Salman ini telah lolos uji untuk semua kriteria uji sesuai dengan standar SNI IEC 60601-1:204 per 21 April 2020 lalu.

 

Menurut External Relations Tim Pengembang Vent-I Hari Tjahjono, produk ini adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri.

 

“(Produk ini) bukan diperuntukkan bagi pasien ICU, tapi untuk pasien yang masih bisa bernapas sendiri, jika pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2,” tutur Hari.

 

Kendati demikian, alat ini masih perlu menunggu izin edar dari Kemenkes agar dapat diproduksi lebih luas. Menurutnya, semestinya surat izin tersebut dapat didapatkan dalam waktu dekat.

 

“Surat izin edar saat ini masih dalam proses pengurusan yang diharapkan akan segera siap dalam beberapa hari ke depan. Saat ini kami masuk tahap produksi untuk kebutuhan sosial, akan diproduksi 300—500 ventilator yang akan kami bagikan gratis ke rumah sakit yang membutuhkan,” papar Hari.

 

Tak kalah, PT Len Industri juga mulai memproduksi emergency ventilator hasil desain BPPT dan ITB. Secara bersamaan Len Industri juga mulai mengembangkan Controlled Ventury Base CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), alat untuk membantu percepatan penyembuhan pasien Covid-19 dengan menjaga konsistensi level oksigen dalam hemoglobin.

 

Manajer Rekayasa Produk Unit Bisnis Industri, PT Len Industri, Sentot Rakhmad Abdi mengatakan, ventilator BPPT itu sudah akan masuk ke tahap pengujian oleh BPFK Kemenkes.

 

“Len sedang memproduksi 10 unit ventilator untuk keperluan uji klinis di rumah sakit sebelum peralatan tersebut diedarkan secara legal ke rumah sakit seluruh Indonesia. Setelah lolos uji klinis maka produksi massal peralatan ini akan segera dilakukan,” ungkap Sentot.

 

Ia melanjutkan, kapasitas produksi yang dipersiapkan Len Industri mencapai 50 unit ventilator, bergantung ketersediaan komponen. Target produk yang diperlukan BPPT sekitar 600 unit, untuk itu produksi secara massal akan dikerjakan sebagian oleh PT Len Industri sebanyak 300 unit.

 

Inovasi dan kesigapan dari berbagai BUMN ini diharapkan mampu mempercepat penanganan pandemi Covid-19 yang masih terus mencekik kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari ventilator, BUMN juga akan terus berkembang untuk menciptakan bentuk penanganan lainnya, seperti obat, vaksin, dan alat penunjang lainnya. (MI)

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU