Sementara bagian pelaksanaan rights issue yang berasal dari porsi publik atau masyarakat akan disetorkan kepada perseroan dalam bentuk tunai. Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya, maka berpotensi terkena dilusi kepemilikan saham sebanyak-banyaknya 18,86 persen dari porsi kepemilikan.
Apabila ini dilakukan, maka porsi pemerintah dari sebelum rights issue sebesar 56,75 persen menjadi sebesar 56,82 persen setelah rights issue. Sementara porsi publik dari sebelum rights issue 43,25 persen menjadi 43,18 persen setelah rights issue.
Kinerja Keuangan BBRI
Mengacu ke informasi keuangan konsolidasian proforma BBRI oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) PSS berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2021, maka aset dan kinerja perseroan bakal meningkat jika digabung dengan Pegadaian dan PNM. Aset naik dari Rp1.411 triliun menjadi Rp1.515 triliun, pendapatan meningkat dari Rp40 triliun menjadi Rp47 triliun, dan laba bersih tumbuh dari Rp7 triliun menjadi Rp8 triliun.
Dalam Annual Report 2020, BBRI menyebutkan kredit yang disalurkan mencapai Rp938,27 triliun pada 2020. Angka ini tumbuh 3,89 persen secara year-on-year (yoy) dan disumbang oleh segmen UMKM dengan porsi hingga 82,13 persen.
Untuk segmen mikro secara khusus, perseroan menargetkan kontribusinya dapat mencapai 45 persen terhadap total kredit yang digelontorkan pada 2025.
Analisa Pegerakan Harga Saham BBRI
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia yakni Handiman Soetoyo, Hariyanto Wijaya, dan Rizkia Darmawan mengatakan, menurut penilai independen, ekuitas Pegadaian per Maret 2021 sebesar Rp 25,5 triliun yang jika divaluasikan sebesar Rp48,7 triliun, atau memiliki price to book value (PBV) 1,9 kali.
Sedangkan PMN memiliki ekuitas Rp 5,8 triliun yang divaluasikan sebesar Rp 6,1 triliun atau dengan PBV 1,1 kali. Secara keseluruhan, kedua perusahaan tersebut bernilai Rp 54,8 triliun, menyiratkan PBV campuran sebesar 1,7 kali.
Mirae Asset menurunkan rekomendasi terhadap saham BBRI menjadi trading buy, dengan target harga Rp4.450, yang mencerminkan potensi efek dilusi dari rights issue.
Kemudian analis dari BNI Sekuritas merekomendasikan buy dengan target harga per lembar saham mencapai Rp5.000, atau memiliki price to book value (PBV) 2.8x.
Valuasi premi BRI atas BNI dan BMRI dapat berkelanjutan karena BRI micro lending, diharapkan sektor usaha mikro akan berkontribusi sebesar 45% dari total penyaluran kredit FY25 (Vs. FY20: 40%). Kami berharap melalui strategi ini dapat mempertahankan
return on equity (ROE) industri dan net income margin (NIM). Risiko terhadap proyeksi dari BNI Sekuritas adalah covid-19 berkepanjangan, makroekonomi yang merugikan, tekanan dalam NIM, memburuknya kualitas aset, penipuan digital, peningkatan biaya operasi, dan LDR tinggi.