Sabtu, 27 April 2024

2019-2020, Indofarma Optimistis Cetak Laba

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Indofarma Tbk (INAF) optimistis kinerjanya membaik tahun ini dengan mencetak laba bersih. Pada tahun 2019, perseroan memperkirakan bisa meraih laba bersih juga, dari sebelumnya merugi selama tiga tahun.

 

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengungkapkan, dengan strategi yang telah disusun perseroan, pihaknya optimistis untuk mencetak keuntungan tahun ini. Perseroan menargetkan pendapatan di tahun 2020 sebesar Rp 1,63 triliun, dengan proyeksi laba bersih sebesar Rp 13,55 miliar.

 

“Kami sudah punya turn around strategy untuk mengembalikan situasi. Ya, kami coba balikkan dari merugi, sehingga performance-nya lebih baik,” ujar Arief dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, baru-baru ini.

 

Arief juga memperkirakan kinerja perseroan tahun 2019 positif. Meski belum secara resmi diumumkan, diperkirakan perseroan mengantongi pendapatan sebesar Rp 1,36 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp 7,59 miliar sepanjang tahun 2019.

 

“Kalau dilihat dari tahun 2016 hingga 2018, kami masih merugi. Di tahun 2019, insya Allah walaupun masih home statement, kami harapkan bisa meraih keuntungan. Pada 2020, kami berusaha sekeras mungkin meraih keuntungan,” ujarnya.

 

Kurangi Ketergantungan pada Tender

Berdasarkan data perseroan, pada tahun 2016 membukukan pendapatan sebesar Rp 1,67 triliun dan merugi Rp 17,36 miliar. Tahun 2017, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,63 triliun dan rugi Rp 46,28 miliar. Sedangkan tahun 2018, perseroan meraih pendapatan sebesar Rp 1,59 triliun dengan rugi sebesar Rp 32,73 miliar.

 

Arief memaparkan, salah satu strategi untuk mendorong kinerja perseroan adalah dengan memperbaiki portofolio segmen penjualan, yang selama ini didominasi oleh tender.

 

“Selama ini, segmen penjualan perseroan sebesar 50% didominasi oleh tender, dan reguler 30%, sedangkan sisanya berasal dari e-katalog sebesar 20%,” ucapnya.

 

Menurut dia, umur pembayaran dari segmen penjualan yang berasal dari tender terlalu lama, bisa mencapai 150 hari, bahkan tahunan, sehingga menyulitkan kinerja perseroan.

 

“Yang paling bagus segmen reguler, yang pembayarannya 45-60 hari. Ke depan, kami akan perbesar portofolio di sisi regulernya. Tender, kami coba portofolionya tak sedominan sebelumnya,” ujarnya.

 

Sementara itu, dari sisi portofolio produk, perseroan akan memperbesar porsi produk alat kesehatan dibanding produk farmasi dan herbal. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan arahan Kementerian BUMN agar perseroan menjadi BUMN alat kesehatan.

 

Arief juga menjelaskan, pihaknya telah melakukan restrukturisasi keuangan dengan tiga perbankan, sehingga bisa menghemat beban bunga hampir Rp 30 miliar setelah restrukturisasi dilaksanakan.

 

“Kami juga memperkuat SDM dan fungsi penunjang, dan yang paling penting disiplin dalam eksekusinya. Jadi, kami monitoring dari eksekusi strategi tadi,” paparnya.

Sumber: Investor Daily

Foto: Istimewa

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU