Sabtu, 27 April 2024

Pertamina Bidik Laba Bersih Rp 30,8 T pada 2020

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Pertamina (Persero) menargetkan laba bersih USD 2,2 miliar atau setara dengan Rp 30,8 triliun (kurs Rp 14.000) pada 2020. Jumlah yang dipatok ini naik tipis 10 persen dari target laba bersih tahun ini USD 2 miliar.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, naiknya target keuntungan tahun depan karena didorong oleh kinerja produksi minyak dan gas yang naik. Nicke menyebut, target produksi migas 2020 sebesar 923 ribu barel setara minyak per hari (boepd), naik dibandingkan target tahun ini 906 ribu boepd. 

“Untuk tahun depan produksi migas Pertamina dipatok 923 ribu boepd. Rinciannya, produksi minyak mencapai 430 ribu barel per hari (bph) dan produksi gas sebesar 2.857 juta kaki kubik per hari (mmscfd),” kata Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (28/11).
 
Faktor lain adalah turunnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Dalam APBN 2020, ICP diasumsikan USD 63 per barel, turun dibandingkan asumsi ICP dalam APBN 2019 yang sebesar USD 70 per barel.
 
Sedangkan pendapatan tahun depan, Nicke menargetkan USD 58,33 miliar. Angka yang dipatok dengan asumsi ICP sebesar USD 63 per barel dan kurs Rp 14.400 per dollar AS dalam APBN 2020.
 
Sementara untuk total volume penjualan produk minyak ditargetkan mencapai 90,83 juta Kiloliter (KL). Untuk belanja modal, Pertamina akan menggelontorkan anggaran yang besar di sektor hulu migas.
 
Tahun depan, Pertamina menyiapkan anggaran sekitar USD 3,7 miliar. Angka ini naik 60 persen dari total belanja modal. “Alokasi investasi hulu yang besar ini dilakukan karena pengembangan di Blok Mahakam untuk gas. Karena di blok tersebut decline rate-nya 25 persen. Kami harus ngebor 122 sumur.” katanya.
 
Di sisi penjualan BBM korporat, Pertamina menargetkan naik menjadi 23,43 juta KL pada 2020 atau tumbuh 5,3 persen dibandingkan dengan target tahun ini sebesar 22,38 juta KL.
Sedangkan pada penjualan BBM Solar subsidi, perusahaan juga memperkirakan adanya peningkatan sebesar 17,02 juta KL. Perkiraan ini naik dibandingkan APBN 2020 15,31 juta KL karena konsumsi tahun ini bengkak.
 
Sekretaris Perusahaan Pertamina Tajudin Noor menjelaskan, dengan menurunnya target asumsi ICP tahun depan menjadi USD 63 per barel membuat biaya impor perusahaan juga berkurang.
“Jadi kan kalau laba penjualan dan biaya, selama penurunan pendapatan lebih kecil dibandingkan penurunan biaya tidak masalah,” kata Tajudin.
 
Berdasarkan catatan, Pertamina melakukan impor minyak mentah rata-rata mencapai 6,5 juta-7 juta barel setiap bulan. Impor tersebut berasal dari Timur Tengah 3 juta barel dan sisanya sekitar 4 juta barel dipasok dari berbagai sumber seperti Nigeria, Amerika Serikat, dan Australia.
 
Sementara untuk impor produk minyak mentah, Pertamina membelinya beberapa produk dengan total volume rata-rata per bulan mencapai 11 juta barel. Beberapa produk tersebut adalah produk gasoline seperti Premium dan Pertamax Series.
 
 
Sumber : kumparan.com

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU