Selasa, 30 April 2024

Lakukan Restrukturasi, 6 Cucu Usaha Garuda Indonesia Dilebur

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Memutuskan untuk menggabungkan enam anak dan cucu perusahaan agar bisa lebih fokus ke visi utama grup perusahaan. Keputusan ini berangkat dari penilaian bahwa beberapa entitas usaha tersebut tidak lagi memiliki satu visi dengan bisnis inti.

 

Keenam cucu usaha ini terdiri atas entitas yang akan dibentuk berupa spin off, sudah dibentuk dan resmi akan dilikuidasi dan kembali ke entitas anak usahanya serta entitas yang tengah dikaji peleburannya.

 

“Hari ini, kami melakukan rasionalisasi anak cucu perusahaan salah satunya yang PT Garuda Tauberes Indonesia, ini aplikasi kargo yang memperpanjang ke last mile, hal ini bisa dilakukan di area bisnis kargo kami tanpa melakukan pembentukan perusahan baru,” jelas Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.

 

Salah satu anak usaha yang menjadi target peleburan ialah PT Garuda Tauberes Indonesia (GTI). Nantinya perusahaan ini akan masuk kembali ke dalam induk usaha karena sudah ada unit kargo yang menangani. Hal tersebut bisa membantu interaksi bisnis kargo Garuda dengan para agen dan pelanggan.

 

Lanjut Irfan, ada dua anak usaha lain yang akan dilikuidasi, yakni PT Garuda Tauberes Indonesia (GTI), PT Garuda Indonesia Air Charter (GIAC), dan PT Garuda Ilmu Terapan Cakrawala Indonesia (GITC). Sementara, cucu perusahaan yang sudah dapat dilakukan formal likuidasi karena memang belum beroperasi ada dua cucu usaha, yakni PT Rilis Arah Pratama Indonesia (RAPI) dan PT Indo Suplai Total Solusi (ISTS).

 

Terakhir, cucu perusahaan yang tengah dikaji likuidasinya yakni PT Garuda Energy Logistik dan Komersial (GELK). Entitas ini bergerak di bidang perdagangan suku cadang dan mesin pesawat udara, sewa guna usaha suku cadang dan mesin pesawat udara, perdagangan umum, penyediaan energi listrik, distribusi bahan bakar minyak (BBM), serta pengelolaan limbah.

 

Perseroan menilai upaya restrukturisasi ini sebagai dukungannya terhadap langkah Kementerian BUMN yang ingin melakukan pengelolaan anak dan cucu perusahaan pelat merah. Aksi ini juga berpotensi untuk meningkatkan kinerja induk usaha. Bisnis diklaim menjadi lebih efisien dan cepat. Kata Irfan, setelah pihaknya melebur kembali cucu perusahaan diharapkan dapat membentuk bisnis yang lebih positif.

 

“Kami akan terus melihat kembali implikasi bisnis dari restrukturisasi ini, tentunya ini lebih positif ketika PT Garuda Tauberes Indonesia (GTI) masuk kembali ke entitas induk Garuda jadi lebih efisien dan lebih cepat,” tuturnya.

 

Menurutnya, hal ini dapat membuat efisiensi biaya dan semestinya membuat bisnis emiten berkode GIAA ini menjadi semakin mulus. Dia menegaskan akan terus melakukan evaluasi kembali terhadap berbagai anak dan cucu usaha yang berada dalam korporasi maskapai pelat merah tersebut.

 

“Salah satu yang ingin kami lakukan juga adalah bisnis yang orang lain bisa lakukan dan bukan bisnis inti kami, ya kami tidak usah juga melakukannya,” jelasnya.

 

Sebelumnya, Kementerian BUMN mencanangkan perampingan anak cucu usaha BUMN yang saat ini mencapai kisaran 800 perusahaan hingga 70 persen. Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan Kementerian BUMN berkoordinasi dengan Komisi VI DPR RI terkait rencana perampingan anak cucu usaha BUMN. Berdasarkan pemetaan, ada 70 persen perusahaan yang bisa dilakukan konsolidasi.

 

“Kalau dilihat mapping saja, 70 persen bisa konsolidasi. Kalau kita lihat total perusahaan BUMN ada 132 perusahaan, dengan anak cucu bisa 800 perusahaan. Bayangkan kalau ke depannya 70 persen bisa konsolidasi,” paparnya, Jumat (3/4/2020).

 

Sumber: KumparanBisnis.com

Foto: ANTARA

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU