Rabu, 1 Mei 2024

Dolar Tembus Rp16.000, Bulog Siapkan Langkah Darurat

ads-custom-5

Jakarta, BUMN Info – Perum Bulog mengaku telah menyiapkan ancang-ancang mengantisipasi potensi eksposur risiko yang dapat ditimbulkan pelemahan rupiah. Hal itu karena BUMN Pangan tersebut mendapat penugasan mengimpor beras, jagung, dan kedelai dari pemerintah.

Merujuk Refinitiv, rupiah pada hari ini (Kamis, 18/4/2024 pukul 13.15 WIB) berada di posisi Rp16.180 per dolar AS. Posisi rupiah saat ini bergerak di level tertingginya sejak pandemi Covid-19.

Hingga akhir tahun 2024 nanti, Bulog ditugaskan mengimpor sekitar 3,6 juta ton beras. Yang akan digunakan untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP). CBP tersebut kemudian akan dialokasikan untuk penyaluran public service obligation (PSO) oleh Bulog, seperti Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), bantuan pangan, dan program pemerintah lainnya.

“Bulog sudah diberikan penugasan impor beras tahun ini sebesar 3,6 juta ton. Juga impor jagung dan sedikit kedelai. Memang, ini akan memicu peningkatan (biaya impor). Tapi ketika kita ukur, ternyata masih di bawah toleransi risiko kita,” kata Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog Sonya Mamoriska dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (18/04/2024).

“Kita akan lihat kondisi pergerakan rupiah ke depan. Nantinya kita akan hitung ulang kembali, kita ukur risikonya,” tambah dia.

Di sisi lain, Sonya menuturkan, Bulog saat ini akan fokus melakukan pengadaan CBP dari hasil panen di dalam negeri. Bulog menargetkan, pengadaan beras dari dalam negeri tahun ini sebanyak 300.000 ton. Dengan begitu akan bisa menopang stok di Bulog dalam posisi aman.

“Saat ini kita fokus dulu melakukan pengadaan beras dari dalam negeri karena masuk masa panen. Dan, kita juga nggak akan langsung melakukan impor yang 3,6 juta ton. Kita nggak akan eksekusi sekaligus, kita bagi-bagi kontraknya. Melihat pergerakan harga di pasar internasional,” ujarnya.

“Sementara itu, kita juga melakukan pendekatan dengan perbankan. Kalau pun harus melakukan impor lagi nanti, kita akan upayakan hedging atau contract forward atau instrumen keuangan lainnya untuk mengatasi eksposur risiko pelemahan rupiah. Dan terus berkoordinasi dengan Bapanas dan kementerian/ lembaga terkait,” lanjut Sonya.

Tak hanya itu.

Sonya mengungkapkan, menjalin kerja sama untuk kemungkinan menggunakan mata uang selain dolar AS juga telah dipertimbangkan oleh Bulog.

“Soal kerja sama bilateral local currency settlement, kita akan pelajari. Kita akan hitung cost and benefit-nya. Kami akan pelajari, apakah nanti mata uang tersebut (negara yang jadi mitra) akan melemah atau  tidak,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU