Senin, 29 April 2024

KAI Sepakati Utang Kereta Cepat Rp8,41 Triliun dari China

ads-custom-5

PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyebut utang dari China Development Bank (CDB) untuk membayar pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat WHOOSH telah disepakati sebesar US$542,7 juta atau sekitar Rp8,41 triliun. Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menjelaskan, besaran cost overrun sebesar US$1,2 miliar ditanggung sebesar 60% oleh konsorsium Indonesia dan 40% oleh konsorsium China. Sebagai informasi, PT KAI merupakan pemegang saham terbesar dalam konsorsium BUMN Indonesia yang membangun proyek Kereta Cepat. Didiek menjelaskan, pinjaman dari CDB merupakan pendanaan cost overrun yang bersumber dari pinjaman untuk konsorsium Indonesia sebesar 75%. Sementara itu, porsi pendanaan dari ekuitas (equity) sebesar 25% untuk konsorsium Indonesia telah dipenuhi dari penyertaan modal negara (PMN). Dia menjelaskan, nilai pinjaman yang dikucurkan oleh CDB ke KAI telah disepakati sebesar US$542,7 juta atau setara Rp8,41 triliun dengan asumsi kurs US$1=Rp15.500.

“Nilai pinjaman terdiri dari US$325,6 juta dalam denominasi dolar AS dan ekuivalen US$217 juta dalam bentuk renminbi [RMB],” kata Didiek saat dikonfirmasi, Selasa (9/1/2024). Selanjutnya, Didiek menyebutkan pinjaman ini juga telah mendapatkan jaminan dari pemerintah.

Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut dana pinjaman dari China untuk membayarkan cost overrun proyek Kereta Cepat WHOOSH akan segera cair. Tiko memaparkan, pihak Indonesia dan China telah menandatangani kesepakatan pemberian pinjaman tersebut. Dia menuturkan, pinjaman tersebut nantinya akan dikucurkan dari China Development Bank (CDB) ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam bentuk suntikan modal. Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menjelaskan, pembayaran untuk cost overrun Kereta Cepat akan dibagi sesuai dengan porsi kepemilikan saham dengan konsorsium Indonesia sebesar 60 persen dan konsorsium China sebesar 40 persen. Dengan demikian, konsorsium Indonesia akan membayar sekitar US$720 juta dan konsorsium China menanggung sekitar US$480 juta yang tersisa. Dwiyana menjelaskan, dari total cost overrun yang akan dibayarkan oleh konsorsium Indonesia, sebanyak 25 persen akan dibayar menggunakan dana dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai pemimpin konsorsium.  “Kemudian, 75 persen itu dibayarkan menggunakan pinjaman yang telah disepakati dengan China Development Bank [CDB],” jelas Dwiyana.

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU