Berdasarkan pengumuman Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada Jumat (30/4), ini jadwal pembagian dividen INCO:
- Cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 7 Mei 2021
- Ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 10 Mei 2021
- Cum dividen di pasar tunai: 11 Mei 2021
- Ex dividen di pasar tunai: 17 Mei 2021
- Recording date: 11 Mei 2021
- Pembayaran dividen: 28 Mei 2021
Peluang INCO mengakhiri puasa pembagian dividen telah diprediksi sejak kehadiran PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID sebagai pemegang saham. Kedatangan MIND ID telah diprediksi akan membawa perubahan termasuk dalam keputusan pembagian dividen. Pasalnya, Holding BUMN Industri Pertambangan itu memiliki hak suara dalam kebijakan pembagian dividen.
Vale Indonesia telah merampungkan proses transaksi divestasi saham kepada MIND ID pada Oktober 2020. Penjualan dan pengalihan 20 persen saham itu senilai Rp5,52 triliun yang terdiri atas 1,98 saham dengan harga pelaksanaan Rp2.780 per saham.
Kinerja Keuangan INCO 2020
Berdasarkan laporan keuangan 2020, INCO mencetak pendapatan US$764,74 juta per 31 Desember 2020. Realisasi itu turun 1,82 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$782,01 juta.
INCO mencatat harga realisasi rata-rata pengiriman nikel matte pada 2020 sebesar US$10.498 per ton, lebih rendah daripada level 2019 sebesar US$10.855 per ton. Kendati demikian, INCO menekan beban pokok pendapatan 2020 menjadi senilai US$640,4 juta atau turun 4 persen dibandingkan dengan beban pokok pendapatan US$664,3 juta periode 2019.
Dengan demikian, perseroan berhasil mencetak pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 44,2 persen menjadi US$82,81 juta dari perolehan US$57,4 juta pada 2019.
Direktur Vale Indonesia, Bernardus melanjutkan keputusan pembagian dividen seiring dengan target final investment decision (FID) untuk proyek smelter Bahadopi dan Pomalaa yang diundur dari semula pada 2020 menjadi akhir 2021. Vale Indonesia juga melihat tren kenaikan harga nikel yang masih berlanjut tahun ini.
Dengan demikian, prospek kinerja keuangan perseroan lebih baik pada 2021. Kendati demikian, dengan mempertimbangkan kebutuhan kas di proyek Bahadopi, Pomalaa, serta operasional di Sorowako yang masih berjalan, INCO mempertimbangkan maksimum pembayaran dividen di kisaran 40 persen dari laba bersih.
Sebagai informasi, pada akhir 2020, kas dan setara kas INCO tercatat sebesar US$ 388,68 juta, naik 56,07% dari posisi awal tahun yang sebesar US$ 249,04 juta.
Analisa Saham INCO
Laba bersih kuartal1/2021 naik +16.4%. Catatan INCO pada 1Q21 cukup baik, mengukir kenaikan pendapatan sebesar +18.3% year on year menjadi US$207 juta. Margin laba kotor meningkat menjadi 25.1% yoy (1Q20: 11.7%; 4Q20: 20.3%), begitu pula dengan margin laba operasi yang naik menjadi 24.5% (1Q21: 10.8%; 4Q20: 19.3%). Laba bersih INCO pada 1Q21 tumbuh +16.4% yoy/+445.3% qoq menjadi USD 34 juta, mencapai 35.4% dari proyeksi SSI untuk FY21F yang mencapai US$95 juta.
Pembangunan Furnace 4 Pada 2021
Produktivitas nikel akan pulih pada 2022. Proses pembangunan kembali Furnace 4 merupakan fokus utama manajemen pada tahun ini dan diperkirakan akan dimulai November 2021 dari target awal Mei 2021. Hal tersebut diperkirakan akan cukup mengganggu produktivitas sehingga manajemen menargetkan produksi 2021 di angka 64.000 MT lebih rendah dibandingkan tahun 2020 sebesar 72.237MT.
Kenaikan CaPex 12.5% yoy
Manajemen mengalokasi anggaran CaPex sebesar US$135 juta untuk tahun ini, lebih tinggi +12.5% yoy dari alokasi 2020 yang sebesara US$120 juta. Sebagian besar anggaran tersebut akan digunakan untuk pembangunan Furnace 4 yang sempat tertunda tahun lalu, pengembangan infrastruktur tambang, serta peremajaan alat. Seluruh dana CaPex INCO tahun ini berasal dari kas internal. Posisi kas INCO sendiri tercatat pada level US$389 juta di akhir FY20, dengan net gearing -0.19x.
Berdasarkan analisa dari Samuel Sekuritas, pihak Samuel rekomendasikan BUY, dengan target haraga IDR6.400/saham. Target harga merefleksikan PE forward FY21-22F 31.3-23.7x dengan potensi upside +37.6%. Saat ini INCO berada pada Mean 5-Year PE band. Risiko investasi yaitu: 1) produksi INCO yang dibawah target; 2) progress pembangunan furnace 4 yang lebih lambat; 3) pelemahan harga nikel global.
Sumber : Kontan, Market Bisnis, Samuel Sekuritas