Minggu, 28 April 2024

AirNav Indonesia Kuatkan Navigasi Nasional Untuk Go Internasional

ads-custom-5

Pembangunan infrastruktur tetap menjadi prioritas utama pada masa pemerintahan baru selama lima tahun ke depan. Perkuat pembangunan secara menyeluruh hingga pelosok negeri, pembangunan Bandar Udara dilakukan demi mewujudkan konektivitas nasional. Konektivitas udara yang saling terhubung inilah diharapkan mendorong perekonomian dari Sabang hingga Marauke dan menghilangkan gap atau kesenjangan antarwilayah.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Pembangunan bandara baru juga berdampak pada peningkatan rute penerbangan yang membuat ruang gerak pesawat semakin padat. Untuk mengatur gerak pesawat yang memenuhi langit Indonesia diperlukan Pemandu Lalu Lintas udara atau Air Traffic Controller (ATC). Pemandu tersebutlah yang bertugas mengatur lalu lintas udara dan menjaga agar jarak pesawat dalam kondisi aman dan tidak berdekatan. 

Indonesia memiliki Pemandu lalu lintas yang dinaungi oleh Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia. AirNav Indonesia satu satunya perusahaan BUMN yang memiliki tugas sebagai penyedia pelayanan navigasi penerbangan nasional dan internasional. AirNav Indonesia mengambil peran aktif dalam penerbangan, bahkan menjadi salah satu pilar utama industri penerbangan. 

Melihat kinerjanya pada tahun 2018, AirNav Indonesia telah melayani navigasi penerbangan hingga 283 bandara di Indonesia. Kehadiran Airnav terhadap penerbangan menjadi krusial karena tidak ada satupun penerbangan pesawat yang diterbangkan tanpa dilakukan pengaturan navigasi penerbangan baik di udara maupun selama pendaratan.

 

Kendali AirNav Indonesia Dalam Merangkai Konektivitas Udara Nusantara

 

AirNav Indonesia ditunjuk pemerintah sebagai komandan dalam pengelolaan lalu lintas udara. Diketahui AirNav beroperasi penuh dalam menangani seluruh wilayah udara Indonesia dan bertanggung jawab memberikan pelayanan navigasi penerbangan dengan 2 area control center, 25 terminal control unit, 55 tower dan 111 flight information unit terhadap lebih dari 1,5 juta pergerakan pesawat yang mengangkut 75 juta penumpang ke seluruh wilayah kepulauan Indonesia, ditambah lagi dengan 60.000 penerbangan yang mengangkut 13,5 juta penumpang terbang melintasi wilayah udara Indonesia. 

Berdasarkan laporan tahunan, pada tahun 2018 pelayanan navigasi oleh AirNav Indonesia, mengalami peningkatan penerbangan domestik menjadi 191.783.702 rute, penerbangan Internasional 114. 616.317rute  dan penerbangan Lintas Udara 165.756.759 rute. 

Selain itu, Kinerja AirNAv Indonesia Tahun 2018 di Indonesia telah berada pada peringkat ke 55, naik dari 151, dengan nilai atas pemenuhan keselamatan penerbangan sebesar 81,5 berdasarkan hasil audit Universal Safety-Oversight Audit Program and Safety Performance (USOAP).

 

AirNav Indonesia Sasar Pasar Tunggal Asean

 

Diperkirakan Indonesia mendapatkan pertumbuhan penumpang sebesar 135 juta penumpang per tahun, bahkan lebih besar dari Vietnam dengan 112 juta penumpang. Namun, Indonesia masih berada di bawah China dengan pertumbuhan sebesar 817 juta dan India sebesar 322 juta. 

Sumber:
Sumber:Harian Nasional

Melihat pergerakan peningkatan pertumbuhan pesawat, AirNav Indonesia merasa siap dengan infrastruktur  dan sistem untuk menghadapi Pasar Tunggal Penerbangan ASEAN (Single Aviation Market). ASEAN SAM atau Pasar Tunggal Penerbangan ASEAN adalah suatu kebijakan penerbangan regional yang ditunjukkan pada pembentukan pasar penerbangan terpadu di kawasan Asia Tenggara sejak 2015. Kebijakan dimaksudkan untuk mewujudkan liberalisasi penuh terhadap penerbangan udara antarnegara ASEAN. 

Menurut pengakuan AirNav wilayah udara Indonesia memiliki porsi hingga 48 persen di seluruh Asia Tenggara. Artinya, industri penerbangan dalam negeri memiliki peluang dalam memanfaatkanya. Untuk menghadapi pasar ASEAN, AirNav Indonesia terus berbenah diri. Mulai dari penigkatan mutu kualitas layanan, modernisasi alat dan sistem hingga menciptakan terobosan baru.

 

AiNav Indonesia Lakukan Modernisasi Navigasi

 

Selaras dengan visi perusahaan untuk meningkatkan standar serta kualitas pelayanan navigasi penerbangan dan menjadi penyelenggara pelayanan navigasi terbaik di Asia Tenggara, AirNav Indonesia mencatat telah melayani hingga 12.600 movement/hari. AirNav Indonesia dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang ahli dan dapat diandalkan. Selain itu, AirNav Indonesia juga memerlukan peralatan dengan teknologi yang mumpuni dalam menjalankan kegiatan usaha layanan navigasi penerbangan.

Salah satu modernisasi alat dan sistem yang dilakukan AirNav Indonesia adalah Chronos. Chronos merupakan salah satu sistem manajemen slot atau waktu terbang dengan sistem online yang lebih efisien. Sistem ini juga terkoneksi dengan sistem izin rute milik Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 

Sistem Chronos telah memberikan dampak yang baik pada kinerja AirNav, bahkan maskapai puas dengan adanya sistem tersebut sehingga membantu ketepatan waktu terbang (on time performance/OTP) secara maksimal. Selain itu AirNav Indonesia juga sudah seamless dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, hingga Australia

 “Saat ini kami juga sudah seamless dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, hingga Australia,” Direktur Keuangan Airnav Indonesia Hendroyono pada FGD bisnis.com 

AirNav Indonenesia terbilang mampu meningkatkan pencapaian on time performance (OTP) lebih baik dengan pengaturan pesawat yang jarang delay dan keselamatan penerbangan semakin baik di Bandara Juanda. Bahkan, menurut pengakuan AirNav Indonesia, capaian AirNav Indonesia di atas rata-rata dunia pada audit keselamatan.Hal tersebut berdasarkan audit keselamatan penerbangan, AirNav melampaui rata-rata standar keselamatan penerbangan dunia yakni diangka 61 dengan nilai 81. 

“ Capaian ini tidak terlepas dari sinergitas seluruh komunitas yang ada di area bandara.” M Khatim, GM Airnav Indonesia Bandara Internasional Juanda.

Untuk meningkatkan kualitas layanan navigasi penerbangan Indonesia, dalam kurun 2019, AirNav menyiapkan investasi Rp2,6 triliun untuk 290 program peningkatan pelayanan di bandara-bandara besar maupun perintis.Investasi sebesar itu digunakan untuk modernisasi peralatan CNS-A (Communication, Navigation, Surveillance dan Automation) juga investasi di teknologi yang sifatnya automation dalam membantu Air Traffic Controller (ATC). 

Sementara itu,  AirNav Indonesia Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center atau MATSC diketahui telah menerapkan dua teknologi mutakhir di bidang navigasi penerbangan. Teknologi canggih yang dimaksud adalah Aeronautical Dependent Surveillance-Controller Pilot Data Link Communucation (ADS-CPDLC) dan Performance Based Communication and Surveillance (PBCS). 

Menurut penuturan AirNav Indonesia,  “Ini teknologi advance. Makassar boleh berbangga karena untuk Indonesia sendiri, hanya AirNav Indonesia Cabang Utama MATSC yang sudah mampu menerapkan dua teknologi tersebut,” kata General Manager AirNav Indonesia Cabang Utama MATSC, Novy Pantaryanto, dalam keterangan persnya di sela pelaksanaan FIT Asia ke-9, Senin (1/7). 

ADS-CPDLC memungkinkan komunikasi antara petugas ATC dengan pilot tidak lagi menggunakan cara konvensional melalui pesan suara melainkan berkomunikasi menggunakan data. Lalu, PBCS adalah hal yang lebih baru lagi yang telah mampu diterapkan oleh sebagian kecil negara-negara Asia Pasifik, salah satunya Indonesia, dalam hal ini AirNav Indonesia Cabang MATSC di Makassar.

Diharapkan modernisasi alat dan terobosan baru yang dilahirkan oleh AirNav Indonesia membawa dampak besar pada penerbangan Indonesia. 

 

AirNav Indonesia Ambil Alih Natuna dari Singapura dan Malaysia

 

Jika pada tahun 2019 mengalami fluktuasi pada traffic penerbangan, pada masa datang tidak memungkinkan akan ada peningkatan traffic penerbangan nasional. Diketahui modernisasi alat navigasi penerbangan menjadi salah satu upaya untuk ambil alih kembali pengelolaan wilayah penerbangan Indonesia dari Singapura. 

Ruang udara Kepulauan Natuna sempat dikelola oleh Malaysia dan Singapura. Mengingat perairan Natuna merupakan wilayah Indonesia secara de facto maupun de jure. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2009 menyebut Negara Kesatuan Republik Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara Republik Indonesia, maka AirNav Indonesia telah negosiasi dengan Singapura dan Malaysia mengenai pengambilalihan ruang udara blok ABC, Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. ditargetkan akan selesai pada tahun 2019. 

 

Sumber: Infopublik
Sumber: Infopublik

 

Pemerintah mendukung dalam merebut kembali ruang udara Batam dan Natuna. Apalagi sektor ABC merupakan jalur strategis yang melayani perlintasan pesawat udara dari selatan ke utara, dan sebaliknya. Antara lain, dari Australia ke Jepang, Cina, dan Taiwan. Kemudian dari Indonesia ke Timur Tengah dan Eropa Barat. 

Melihat dari sejarahnya sejak tahun 1946 singapura telah kuasasi Flight Information Region (FIR) Batam dan Natuna. Kuasa itu ditetapkan dalam pertemuan International Civil Aviation Organization (ICAO) di Dublin, Irlandia, pada Maret 1946. Saat keputusan itu dibuat, delegasi Indonesia tak hadir. Ketika itu pun Singapura masih dikuasai oleh Inggris. 

Dari pihak AirNav Indonesia telah mempersiapkan fasilitas berupa dari telekomunikasi, ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcast), serta sumber daya manusia (SDM) yang akan ditugaskan dalam pengoperasian navigasi di Natuna dan Batam.Jika sudah diambil alih oleh Indonesia, pengelolaan ruang udara sektor ABC akan dikendalikan AirNav Indonesia. 

Diharapkan modernisasi, perbaharuan teknologi hingga ambil alih navigasi dari Luar Negeri  bisa mempermudah AirNav menguasai pasar Asean.

 

 InfoBisnis_Kendali-Penerbangan-AIRNAV

 

 

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU