Selasa, 30 April 2024

Ini 10 Megaproyek Termahal yang Dikerjakan BUMN

ads-custom-5

Presiden RI Joko Widodo dalam dua periode kepemimpinannya terus menggenjot sektor infrastruktur demi kemajuan bangsa. Setiap bulan, satu per satu proyek besar diperkenalkan dan diresmikan ke muka publik. Selain mendongkrak, fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur juga dimaksud untuk meningkatkan taraf daya saing Indonesia dengan negara-negara lain.

 

Mengutip Merdeka.com, ada beberapa alasan Presiden Jokowi serius menggenjot infrastruktur, salah satunya sejalan dengan penciptaan lapangan kerja baru. Selain itu, infrastruktur juga diharapkan dapat menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru yang tak Jakarta-sentris.

 

“Ketiga ialah harus ada perbaikan jaringan logistik kita. Negara ini terdiri dari 17 ribu pulau, harus ada pembangunan infrastruktur. Infrastruktur harus disambungkan ke sentra-sentra produksi,” tegasnya pada 2019 lalu.

 

Maka dari itu, Jokowi menginginkan adanya pembangunan infrastruktur harus menjadi penghubung untuk meningkatkan pelayanan publik ke masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, pembangunan infrastruktur bertujuan membangun peradaban baru.

 

Untuk mendukung program besar pemerintah tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak mau ketinggalan berkontribusi di dalamnya. Tak tanggung-tanggung, BUMN bersedia ditugaskan untuk mengerjakan sejumlah megaproyek Pemerintah dengan nilai investasi serta tingkat kesulitan pengerjaan yang tinggi. Terlebih, Menteri BUMN Erick Thohir telah berkomitmen untuk lebih fokus membenahi pengembangan infrastruktur dan pariwisata di Tanah Air, dimulai pada 2021 mendatang.

 

Berikut beberapa megaproyek termahal yang sudah atau sedang dikerjakan BUMN:

 

  1. Jalan Tol Trans-Sumatera – PT Hutama Karya (Rp 476 T)
Salah satu ruas Tol Trans Sumatera yang digarap PT Hutama Karya (Persero). Foto: dok. Hutama Karya
Salah satu ruas Tol Trans Sumatera yang digarap PT Hutama Karya (Persero). Foto: dok. Hutama Karya

Pemerintah memberi amanat kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk membangun dan mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Jalan tol ini akan menghubungkan Lampung dan Aceh melalui 24 ruas jalan berbeda yang panjang keseluruhannya mencapai 2.704 km dan akan beroperasi penuh pada 2024.

 

Pembangunan yang diklaim Hutama Karya memakan investasi sebesar Rp 476 triliun ini juga ikut dibantu oleh BUMN Karya lain sebagai kontraktor, yakni PT Adhi Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero), PT Wijaya Karya (Persero), PT PP (Persero). Juga BUMN operator tol PT Jasa Marga (Persero) ikut berkontribusi sebagai pengelola jalan tol di beberapa ruasnya.

 

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danang Parikesit menjelaskan, pihaknya dan Hutama Karya akan terus menggenjot pembangunan jalan tol ini agar bisa dipakai sepenuhnya pada 2024 mendatang.

 

  1. Refinery Development Master Plan (RDMP) – PT Pertamina (Rp 246 T)
Refinery Unit II Dumai PT Pertamina (Persero). Foto: dok. Pertamina
Refinery Unit II Dumai PT Pertamina (Persero). Foto: dok. Pertamina

PT Pertamina (Persero) berencana melakukan pengembangan terhadap lima kilang eksisting yang mereka miliki. Kilang tersebut adalah Kilang Balongan di Jawa Barat, Kilang Cilacap di Jawa Tengah, Kilang Dumai di Riau, Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur, dan Kilang Plaju di Sumatera Selatan.

 

Untuk megaproyek RDMP ini, berdasarkan data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), nilai investasi yang dikucurkan Pertamina menyentuh Rp 246 triliun. Pengembangan ini menjadi proyek termahal yang digarap BUMN karena Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang untuk membangun kilang memang dibutuhkan investasi yang tak main-main.

 

Kendati mahal, menurutnya proyek ini akan melahirkan multiplier effect. Misalnya mampu meningkatkan kapasitas kilang eksisting menjadi dua kali lipat dari 1 juta barel per hari pada saat ini, menjadi 2 juta barel. Dengan peningkatan signifikan, maka seluruh kebutuhan BBM nasional bisa dipenuhi oleh kilang sendiri.

 

  1. Kilang Tuban – PT Pertamina (Rp 225 T)

Selain mengoptimalkan potensi kilang eksisting, Pertamina juga berencana membangun kilang baru di sejumlah daerah, salah satunya di Tuban, Jawa Timur. Kilang Tuban yang berwujud New Grass Root Refinery (NGRR) ini menelan biaya investasi sekitar Rp 190 triliun.

 

Pertamina mengklaimakan memiliki kapasitas produksi 300 ribu barel per hari dan akan menggunakan konfigurasi petrokimia yang terintegrasi dengan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama. Dengan kapasitas sebanyak itu, kilang ini juga dibuat untuk mendukung produksi minyak yang berdikari dengan kapasitas nasional menjadi 2 juta barel per hari.

 

Nantinya, akan dibangun pula pelabuhan sepanjang 400 hingga 600 meter. Terkait integrasi dengan Pertamina, lebar dan kapasitasnya akan menyesuaikan. Dengan pembangunan yang masif ini, nantinya Kilang Tuban digadang menjadi kilang terbesar di Asia Tenggara dan memiliki teknologi tercanggih di dunia.

 

  1. Kilang Bontang – PT Pertamina (Rp 197 T)

Dilansir dari laman resmi KPPIP, Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery) dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur.

 

Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang yang memakan biaya Rp 197,58 triliun itu akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem petrokimia. Selanjutnya, hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.

 

Kendati menjadi salah satu proyek termahal yang digarap perusahaan pelat merah, pada Juni lalu pembangunan yang ditargetkan rampung pada 2026 nanti telah ditunda oleh Pertamina. Hal itu karena mitra perusahaan, Overseas Oil and Gas LLC (OOG), mengundurkan diri dari proyek tersebut.

 

  1. Kereta Cepat Jakarta-Bandung – PT Wijaya Karya, PT KAI (Rp 80 T)
Replika rolling stock Kereta Cepat Jakarta Bandung. Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Replika rolling stock Kereta Cepat Jakarta Bandung. Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini tercetus pada akhir 2015. Dilansir dari Tirto.id, megaproyek ini diberi lampu hijau oleh Pemerintah melalui Perpres 3/2016, sehingga Pemerintah menjadikan kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN).

 

Dengan total investasi sekitar Rp80 triliun, proyek tersebut digarap PT KCIC yang merupakan perusahaan patungan antara BUMN dengan konsorsium Cina (China Railway International Co. Ltd). Sebanyak empat BUMN yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara VIII turut terlibat dalam proyek ini membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

 

  1. PLTU Batang – PT PLN (Rp 56,7 T)
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap. Foto: dok. PLN
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap. Foto: dok. PLN

Berdasarkan penjelasan KPPIP, Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek pembangkit listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. PLTU ini juga digadang-gadang menjadi yang terbesar di Asia.

 

PLTU Batang yang akan dikelola oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV) PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%).

 

PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Pulau Jawa dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35.000 MW. Sebagai salah satu proyek pilot KPBU pertama dan terbesar di Indonesia, PLTU Jawa Tengah memiliki peran strategis untuk mendorong keterlibatan investasi swasta dalam pembangunan infrastruktur.

 

  1. Terminal Pelabuhan Patimban – PTPP, Wijaya Karya (Rp 43,2 T)
Pembangunan Terminal Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. Foto: Istimewa
Pembangunan Terminal Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. Foto: Istimewa

Di kluster logistik laut, terdapat megaproyek Terminal Pelabuhan di Patimban, Subang, Jawa Barat yang direncanakan beroperasi pada November 2020. Pelabuhan dengan terminal kontainer dan perkiraan kapasitas sebesar 7,5 juta TEUs ini dibangun dengan pertimbangan adanya potensi pertumbuhan demand di wilayah timur Jawa Barat. Selain itu, Pelabuhan Patimban mampu membantu mengurangi kelebihan kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok.

 

Dalam pembangunan bernilai Rp 43,2 triliun ini, sejumlah BUMN ikut berkontribusi. PT PP (Persero) Tbk ditunjuk untuk mengerjakan tiga paket dari pembangunan dan pengembangan proyek pelabuhan tersebut. PTPP juga menggandeng PT Wijaya Karya (Persero) atau WIKA untuk menyelesaikan beberapa paket proyek, bekerja sama dengan perusahaan Jepang dengan membentuk konsorsium.

 

  1. MRT Jakarta NS Line – BUMN Karya (Rp 39,5 T)

Proyek yang paling meraih antusias dari masyarakat luas, khususnya penduduk Jakarta, adalah sistem Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. MRT Jakarta adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik tanpa bersilangan dengan jalan raya atau trek transportasi lain. Proses pembangunan dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013 dan fase pertama telah diresmikan pada 24 Maret 2019.

 

Berdasarkan keterangan di laman resmi MRT Jakarta, pengembangan fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI melibatkan sejumlah BUMN dan emiten konstruksi asal Jepang yang membentuk perusahaan patungan untuk kontraktornya, di antaranya PT Wijaya Karya (Persero), PT Hutama Karya (Persero), dan Sumitomo Corporation.

 

Untuk fase II dengan koridor Bundaran HI hingga Ancol, dimulai pada Juni 2020 dan diperkirakan selesai pada Maret 2025 nanti. Adapun PT MRT Jakarta menggandeng kembali Sumitomo Corporation juga PT Adhi Karya (Persero) untuk bekerja sama menyelesaikan paket CP201 Bundaran HI-Harmoni sepanjang 2,8km.

 

Secara nilai investasi, MRT Jakarta fase I telah menelan biaya Rp 17 triliun, sementara untuk fase II diperkirakan nilai proyek mencapai Rp 22,5 triliun. Maka jika ditotal, pengerjaan MRT Jakarta dari fase I ke fase II menghasilkan nilai investasi sebesar Rp 39 triliun. William menjelaskan, pembangunan fase II akan lebih mahal karena tak seperti fase I yang punya trek layang, seluruh trek dan stasiun fase selanjutnya akan dibangun di bawah tanah, yang tentu membutuhkan modal ekstra selama penggalian.

 

  1. LRT Jabodebek – PT Adhi Karya, PT KAI (Rp 29,9 T)

Selain MRT, Daerah Ibukota juga akan menikmati fasilitas Lintas Rel Terpadu Jabodebek atau disingkat LRT Jabodebek. LRT sendiri adalah sebuah sistem angkutan cepat dengan kereta api ringan yang direncanakan akan dibangun di Jakarta, Indonesia dan menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangganya seperti Bekasi, Depok, dan Bogor.

 

Proyek yang mulai dikerjakan pada 2015 lalu ini akan hadir dalam dua jalur yakni Bogor-Depok-Jakarta dan Bekasi-Jakarta. Namun di tahap pertama, PT Adhi Karya (Persero) selaku kontraktor akan berfokus dulu untuk pengerjaan rute Cawang-Harjamukti (Cibubur), Cawang-Jatimulya (Bekasi Timur), dan Cawang-Dukuh Atas. Sementara untuk rute selanjutnya yakni Dukuh Atas-Grogol dan Harjamukti-Bogor akan dibangun setelah fase pertama rampung. Adapun jika sudah beroperasi, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akan bertugas sebagai operator, seperti yang mereka lakukan di LRT Palembang.

 

Sayangnya, akibat pandemi Covid-19, Adhi Karya memproyeksikan pengoperasian LRT Jabodebek yang memiliki nilai proyek senilai Rp29,9 triliun ini akan mundur hingga 2022. Padahal awalnya kick-off pelayanan akan dilaksanakan pada November 2021.

 

  1. KEK Mandalika – ITDC (Rp 23 T)
Pembangunan Sirkuit MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Foto: Istimewa
Pembangunan Sirkuit MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Foto: Istimewa

Pemerintah juga tengah mengebut pengerjaan fasilitas di bidang ekonomi pariwisata senilai Rp 23 triliun yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Terlebih Mandalika tengah menyongsong gelaran MotoGP 2021 yang akan dilaksanakan di Sirkuit Mandalika yang tengah digarap.

 

Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer mengatakan, pihaknya berkomitmen mengembangkan KEK Mandalika menjadi destinasi wisata unggulan berkelas internasional untuk menarik kunjungan wisatawan. The Mandalika akan dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan konsep sportainment, karena akan mengelar event balap motor internasional MotoGP mulai 2021.

 

Sejumlah megaproyek ini masuk ke dalam proyek prioritas. Maka seluruh proyek ini dibangun dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur di Indonesia. Sehingga Pemerintah melakukan upaya percepatan proyek-proyek yang dianggap strategis dan memiliki urgensi tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang singkat.

 

Dengan dikerjakannya megaproyek ini, maka diharapkan semua upaya tersebut dapat mendorong pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Tentunya menjadi kebanggan BUMN juga yang telah berkontribusi untuk menggenjot kekuatan infrastruktur Tanah Air di mata dunia.

 

Foto Utama: MI/Susanto

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU