Sabtu, 27 April 2024

Laba dan Saham 4 Bank BUMN Ini Meroket, Ini Penyebabnya

ads-custom-5

Jakarta, BUMN Info – Rilis laporan keuangan tahun 2023 oleh empat Bank BUMN menunjukkan pencapaian yang mengesankan. BBRI berhasil mencatatkan laba sebesar Rp60 triliun, meningkat 17,5%. BMRI mencetak rekor perolehan laba bersih sebesar Rp55 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 33,7%. Sementara itu, laba bersih BBNI mencapai Rp18 triliun, melonjak 68%, dan BBTN mencatat laba sebesar Rp3,5 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 14,94%.

Prestasi kinerja keempat bank BUMN ini mendapatkan apresiasi dari para investor. Hal ini tercermin dalam penguatan harga saham yang signifikan, baik selama satu tahun terakhir maupun sejak awal tahun (year to date/ytd). Saham BBRI meningkat sebesar 31,72% dalam satu tahun terakhir, sedangkan BMRI dan BBNI masing-masing menguat 41,35% dan 30,75% dalam periode yang sama. Sementara saham BBTN yang merupakan spesialis KPR meningkat sebesar 11% dalam 12 bulan terakhir.

Namun, jika dilihat dari tahun ini (year to date/ytd), atau sejak awal tahun 2023, pertumbuhan saham BBTN menjadi yang terbaik dibandingkan dengan pesaingnya. Saham BBTN dan BMRI berhasil meningkat sebesar 16,80% dan 16,53% secara ytd, yang lebih baik dari BBRI dan BBNI yang hanya tumbuh sebesar 6,99% dan 9,77%.

Lonjakan saham BBTN dimulai ketika manajemen mengumumkan kinerja tahun 2023 yang berhasil melampaui ekspektasi. Pada saat paparan kinerja tanggal 12 Februari yang lalu, harga saham melonjak 8% dalam satu hari. Pelaku pasar memberikan apresiasi atas keberhasilan manajemen dalam menyelesaikan kredit bermasalah, mengurangi biaya dana, melakukan ekspansi ke kredit berimbal hasil tinggi, dan prospek BTN Syariah apabila dipisahkan dari induk (spin off) melalui akuisisi bank syariah lain.

Selain itu, valuasi BBTN dianggap jauh lebih rendah dibandingkan dengan tiga Bank BUMN lainnya. Rasio Price to Book Value (PBV) BBTN hanya sebesar 0,67x. Untuk perbandingan Bank BUMN tersebut, BBRI, BMRI, dan BBNI memiliki PBV rasio masing-masing sebesar 2,98x, 2,52x, dan 1,47x.

Dengan pencapaian-pencapaian tersebut dan valuasi BBTN yang masih rendah, OCBC Sekuritas merekomendasikan untuk membeli saham tersebut dengan target harga sebesar Rp1.500.

Mengutip dari CNBC, Tim riset OCBC Sekuritas, yang terdiri dari Budi Rustanto dan Farrell Nathanael, menyatakan bahwa laba bersih BBTN sebesar Rp3,5 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 15% year on year (yoy), melebihi perkiraan mereka sebesar 110,7% atau perkiraan konsensus sebesar 107,7%.

Tim riset OCBC Sekuritas menganggap bahwa manajemen BBTN telah menerapkan strategi yang tepat di tengah kondisi likuiditas yang ketat. BBTN fokus pada pemberian pinjaman dengan imbal hasil tinggi, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit kepemilikan rumah untuk segmen komersial, dan kredit lunak (KRING), sambil melakukan upaya perbaikan terhadap Cost of Funds (biaya dana) melalui optimalisasi CASA. Strategi ini menghasilkan imbal hasil pinjaman yang lebih tinggi sebesar 8,12% pada tahun 2023.

Selain itu, pendapatan operasional lainnya juga mengalami lonjakan sebesar 71,1% year-on-year (YoY) menjadi Rp3,89 triliun pada tahun 2023, yang menyumbang 12,2% dari total pendapatan. Pendapatan ini terutama berasal dari keuntungan transaksi dan pemulihan treasury.

“BBTN juga berkembang karena mendapatkan sumber pendapatan non-bunga baru. Mereka berhasil memanfaatkan bisnis perbankan transaksi grosir dengan 5 fokus ekosistem, yaitu pendidikan, kesehatan, perdagangan, kawasan industri, dan properti terkait. Sementara itu, biaya operasional turun tipis 4,5% YoY menjadi Rp9,02 triliun pada 2023 dengan rasio biaya terhadap pendapatan lebih rendah sebesar 45,3% dari 46,7% pada 2022,” ungkap tim riset OCBC, Selasa (27/2/2024).

Kinerja Bank BUMN

BBTN juga berhasil menekan tingkat Non-Performing Loan (NPL) sebesar sekitar 26 basis poin melalui penyelesaian kredit bermasalah dan perbaikan proses bisnis, termasuk penjualan sebagian besar aset senilai Rp861 miliar yang berkontribusi sebesar 7,9% terhadap NPL.

OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi BELI dengan target harga yang lebih tinggi, yaitu Rp1.500 per saham, dengan asumsi biaya ekuitas sebesar 10,2%. Saham tersebut diperdagangkan dengan Price to Earnings Ratio (PER) perkiraan tahun 2024 sebesar 4,9x dan Price to Book Value (PBV) sebesar 0,6x.

Budi Rustanto dan Farrell Nathanael melanjutkan dengan menyebut bahwa BBTN memiliki rencana strategis untuk meningkatkan aset dengan imbal hasil yang tinggi dan dana yang murah, serta meningkatkan kualitas aset dengan memiliki rasio cakupan yang memadai.

Pada tahun ini, BBTN diperkirakan akan mampu meningkatkan pendapatan berbasis biaya (fee based income), efisiensi, dan juga meningkatkan rasio CASA melalui pengembangan layanan perbankan digital. Terakhir, potensi bisnis syariah juga dipandang menguntungkan.

“Kami memperkirakan pinjaman BBTN akan tumbuh 10% YoY pada tahun 2024, terutama didorong oleh perumahan, segmen imbal hasil tinggi, komersial, dan korporasi. Bank BTN mengoptimalkan bisnis KPR non subsidi dengan fokus pada segmen emerging affluent dan berencana melakukan ekspansi dengan menambah 3 pusat penjualan baru pada tahun ini,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU