Minggu, 28 April 2024

Diperdagangkan Lagi di Bursa, Saham GIAA Mengudara Terbang Tinggi

ads-custom-5

Jakarta -Emiten maskapai penerbangan Garuda Indonesia atau GIAA menembus batas asas atau auto reject atas (ARA) pada posisi Rp 224 per saham setelah kembali diperdagangkan pada Selasa, 3 Januari 2023.  Padahal ketika dibuka di level RP 204 per lembar saham, GIAA sempat tertekan hingga menyentuh level terendah di Rp 190 per lembar saham pada Selasa pagi.

Peningkatan harga sejak pembukaan perdagangan itu pun memberikan keuntungan bagi pemegangnya hingga 9,8 persen. 

“Perdagangan saham GIAA itu merupakan pertanda baik dan menjadi salah satu bukti kepercayaan serta apresiasi publik terhadap upaya-upaya bersama pemerintah dan manajemen Garuda Indonesia dalam melakukan restrukturisasi,” kata Menteri BUMN Erick Thohir melalui keterangan tertulis, Selasa. 

Menurut Erick, langkah-langkah restrukturisasi dan pemenuhan seluruh syarat perjanjian perdamaian merupakan kabar menyegarkan. Dia pun berharap hal tersebut akan menjadi pijakan bagi investor untuk terus menanamkan modalnya di GIAA.

Ihwal restrukturisasi, PT Garuda Indonesia merampungkan proses restrukturisasi di penghujung tahun 2022.  Hal ini salah satunya ditandai dengan diterbitkannya  Surat Utang Baru dan Sukuk Baru pada tanggal 28 dan 29 Desember 2022. Penerbitan tersebut menjadi  rangkaian akhir dari aksi korporasi strategis yang dilaksanakan Garuda untuk mencapai tanggal efektif berdasarkan Perjanjian Perdamaian yang telah dihomologasi oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 27 Juni 2022.

Adapun efektivitas dari seluruh ketentuan Perjanjian Perdamaian ini melengkapi implementasi berbagai tahapan fundamental lainnya yang telah dicapai oleh Garuda melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Garuda pun siap untuk segera mengimplementasikan Perjanjian Perdamaian secara efektif mulai 1 Januari 2023.

Sementara itu, sejumlah tahapan fundamental perampungan proses restrukturisasi tersebut di antaranya dilakukan melalui penerbitan saham baru dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 39.788.136.675 lembar saham. Jumlah tersebut senilai Rp 7.798.474.788.300 yang meliputan realisasi PMN serta partisipasi pemegang saham lainnya.

Tahapan itu kemudian dilanjutkan dengan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu  (PMTHMETD). Dalam hal ini  Garuda Indonesia telah melakukan pendistribusian saham dalam rangka konversi utang sebesar 25.806.070.908 lembar saham atau senilai Rp 5,05 triliun—yang termasuk didalamnya realisasi Obligasi Wajib Konversi.

Erick pun mengatakan bahwa pencapaian langkah-langkah strategis itu merupakan bagian dari restrukturisasi terbesar dan terkompleks dalam sejarah korporasi Indonesia.

“Seluruh rangkaian pemenuhan kewajiban homologasi selesai dilaksanakan kemarin, setelah right issue tuntas, termasuk partial debt to equity conversion, dan ditutup dengan penerbitan Sukuk tranche baru mengganti Sukuk lama yang di-restuctured. May Garuda fly high again, this time with sustainability and profitability,” ujar Erick. 

Emiten maskapai penerbangan Garuda Indonesia terakhir kali diperdagangkan pada 17 Juni 2021. Pemberhetinan perdagangan GIAA di BEI terjadi lantaran saham ini disuspensi sejak 18 Juni 2021. Artinya, GIAA sempat berhenti diperdagangkan selama 16 bulan. 

 

Source : Tempo.co

Dokumentasi : Okezone.com

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU