Rabu, 24 April 2024

Dari Minus 84%, Rasio Modal Jasindo Bisa Tembus 149%

ads-custom-5

Perusahaan asuransi BUMN, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mengaku perbandingan antara aset dan utang perusahaan asuransi atau Rasio risk-based capital (RBC) tembus 149,57%. Besaran tersebut telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (member firm of PricewaterhouseCoopers).

“Saat ini dalam proses melaporkan terkait RBC ini kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” kata Direktur Utama Asuransi Jasindo Andy Samuel di Jakarta Rabu malam (4/4).

Menurutnya, capaian RBC tersebut tak lepas dari peran banyak pihak seperti, pemegang saham dalam hal ini IFG dan Kementerian BUMN, regulator (OJK), pelanggan Jasindo, serta karyawan dan keluarga besar Jasindo.

Selain RBC sudah di atas ketentuan OJK, lanjutnya, cadangan teknis Asuransi Jasindo juga mencapai Rp 9,2 triliun. Cadangan teknis ini sebagai komitmen dan kemampuan Asuransi Jasindo dalam memenuhi potensi kewajiban perusahaan.

“RBC dan cadangan teknis tersebut memperlihatkan kondisi perusahaan yang sehat dan bersiap tumbuh di tahun ini,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo, Diwe Novara memaparkan, tersapat beberapa langkah yang dilakukan terkait RBC. Diantaranya, melakukan restrukturisasi asuransi kredit sebagai bagian dari langkah penyehatan keuangan perusahaan, melakukan divestasi dan penyertaan saham, serta revaluasi aset milik Jasindo.

“IFG sebagai holding yang menaungi Jasindo pun telah mendukung rencana penyehatan keuangan Jasindo dengan memberikan pinjaman pemegang saham sebesar Rp 250 miliar,” sebutnya.

Menyinggung prediksi OJK terkait pertumbuhan industri asuransi di 2023 kisaran 7-9% (YoY), Diwe mengaku optimis. Menurutnya, Jasindo memandang pertumbuhan 7-9% merupakan hal yang wajar dikarenakan pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air pascapandemi Covid-19 cukup menunjukan hasil yang positif.

“Selain itu penggarapan bisnis berfokus pada risk appetite perusahaan di tahun 2023 yang memiliki target penerimaan premi pada tahun 2023 sebesar Rp 3,99 triliun di mana hal ini memberikan kenaikan sebesar 22,76% dibandingkan pencapaian premi di tahun 2022 sebesar Rp 3,25 triliun,” jelasnya.

Direktur Bisnis Strategis Asuransi Jasindo, Syah Amondaris, mengatakan ke depannya Jasindo akan memperkuat segmentasi bisnis korporasi di 2023. Bisnis asuransi korporasi dinilai masih sangat menjanjikan untuk tahun ini karena perkembangan dunia bisnis seperti LoB Property, Marine (cargo & hull), Energy Offshore dan Onshore, Engineering, serta Tanggung Gugat masih akan terus berkembang.

“Saat ini Asuransi Jasindo juga melakukan refocusing pada segmentasi korporasi sebagai core competence. Jasindo membagi menjadi dua segmentasi, yaitu korporasi BUMN dan Korporasi Non BUMN,” pungkasnya.

Seperti diketahui, pada tahun 2021, Jasindo mengalami tekanan terhadap permodalan dengan RBC di level -84,85 persen. Hal ini membuat perusahaan masuk dalam pantauan khusus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu asuransi yang bermasalah.

Source : CNBC Indonesia

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU