Kamis, 28 Maret 2024

Prospek BUMN Telekomunikasi Semakin Cerah Tersokong Kehadiran Jaringan 5G

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | Pengetatan aktivitas masih berlanjut akibat jumlah kasus Covid-19 semakin melonjak. Kebutuhan layanan dari sektor telekomunikasi jadi meningkat. Beberapa emiten sektor halo-halo berhasil menumbuhkan kinerja keuangan dari kondisi saat ini.

Dalam jangka panjang, analis mengatakan prospek sektor telekomunikasi akan cerah seiring usaha para emiten yang terus mengembangkan jaringan.

PT Indosat Tbk (ISAT) menjadi salah satu emiten sektor telekomunikasi yang berhasil catatkan pertumbuhan kinerja keuangan di tengah pandei yang tak kunjung selesai. Hingga kuartal I-2021, ISAT mengantongi laba bersih sebesar Rp172,15 miliar.

Di periode yang sama tahun lalu, ISAT mengalami rugi Rp605,61 miliar. Pendapatan ISAT juga tercatat naik 12,6% secara tahunan menjadi Rp7,34 triliun. 

Kinerja ISAT yang positif didukung dari pelanggan setia yang tumbuh 7% secara tahunan jadi sekitar 60 juta pelanggan. Pendapatan rata-rata per pelanggan (ARPU) juga meningkat 11%. Sementara, pertumbuhan trafik data tumbuh signifikan 46% secara tahunan. 

Michael Setjoadi, Analis RHB Sekuritas menulis dalam risetnya inklusi digitalisasi yang ISAT lakukan telah membantu emiten ini untuk terus mengembangkan ARPU dan membawa pada efisiensi biaya operasional. 

Kompak, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) berhasil catatkan pertumbuhan kinerja di tengah pandemi. Tercatat,  permintaan layanan internet IndiHome meningkat lebih dari 1,01 juta pelanggan. Hingga akhir tahun lalu, laba bersih TLKM naik 11,4% menjadi Rp20,8 triliun. Sementara jumlah pelanggan IndiHome mencapai 8,02 juta atau tumbuh 14,5% secara tahunan. 

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu selain pengetatan aktivitas yang menjadi katalis positif, ke depan dengan berjalannya revolusi industri 4.0, maka peluang sektor telekomunikasi untuk menyediakan infrastruktur dalam rangka mendukung revolusi tersebut akan tetap tinggi dan berpotensi menyokong kinerja sektor ini. 

Apalagi saat ini TLKM dan ISAT sudah menghadirkan jaringan 5G. “Saat ini jaringan 5G sedang dalam pengembangan yang membutuhkan infrastruktur lebih baik dari 4G guna mengurangi latency, perbaikan infrastruktur yang lebih baik dari sisi BTS, fiber optic, data center juga memberi peluang perkembangan pada sektor telekomunikasi,” kata Chandra. 

Sementara, Chandra mengamati kontribusi pertumbuhan kinerja dari emiten yang sudah menawarkan jaringan 5G belum akan dirasakan di laporan keuangan tahun ini. Penyebabnya, keuntungan dari jaringan 5G baru maksimal jika mendapat dukungan dari ekosistem yang juga sudah terbentuk. 

“Kapabilitas dari handset yang bisa menerima jaringan 5G cenderung berharga premium sehingga monetisasi cenderung menjadi terbatas,” kata Chandra. 

David Arie Harton Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia menulis dalam risetnya, dalam jangka menengah para operator telekomunikasi akan lebih rasional dalam menentukan tarif seiring para emiten fokus mencari keuntungan dari investasi di jaringan 5G. 

Terkait usaha para emiten telekomunikasi dalam memberikan jaringan 5G, Chandra mengamati para emiten akan menghadapi tantangan. Diantaranya, para emiten ke depan akan membutuhkan model kerja yang sifatnya terus-menerus dan mencari cara monetisasi yang paling optimal.

Namun, dalam jangka panjang, David mengatakan persaingan antar emiten telekomunikasi akan semakin ketat. “Jadi tidak mungkin kalau ke depan para emiten tidak melakukan perang harga untuk mendapatkan pasar yang lebih besar, apalagi bagi emiten yang memiliki neraca keuangan dan spektrum yang lebih banyak,” kata David.

Bagaimanapun industri telekomunikasi di Indonesia masih didominasi oleh pelanggan yang memiliki loyalitas rendah atawa sering berganti ke provider yang menawarkan harga lebih rendah. 

Sedangkan, Chandra memproyeksikan ke depan ARPU sektor telekomunikasi harusnya bisa stabil cenderung naik. Katalis positif datang dari aktivitas pelanggan yang berpindah-pindah langganan dari satu provider ke provider lain sudah menurun. Chandra mengamati perang harga antar emiten telekomunikasi juga relatif sudah terbatas.

Chandra merekomendasikan beli TLKM dengan target harga Rp3.900. Kompak, David juga merekomedasikan beli TLKM dengan target harga Rp3.800. 

 

Sumber: investasi.kontan.co.id

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU