Sabtu, 20 April 2024

Bukit Asam (PTBA) Akan Bagikan Dividen Sebesar Rp835 Miliar, Simak Analisa Harga Sahamnya

ads-custom-5

Pada 2020, emiten pelat merah berkode PTBA itu mengalami penurunan kinerja. Laba bersih di tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 41,17 persen menjadi Rp2,38 triliun, sedangkan pendapatan melemah 20,48 persen ke posisi Rp17,32 triliun. Adapun, Devidend Payout Ratio (DPR) PTBA untuk tahun buku 2020 menyusut dibandingkan dengan DPR perseroan untuk tahun buku 2019. DPR kali ini  menjadi pertama kalinya bagi PTBA memberikan dividen dengan payout ratio di bawah 50 persen dalam dua tahun terakhir.

PTBA membagikan dividen Rp3,65 triliun untuk kinerja tahun buku 2019, atau setara dengan 90% dari total laba bersih yang mencapai Rp4,05 triliun. Sebagai informasi, DPR perseroan untuk kinerja tahun buku 2019 naik dari tahun sebelumnya. Tercatat, PTBA membagikan dividen 75% dari total laba 2018.

 

Analisa Pergerakan Harga Saham PTBA

harga saham ptba

Menurut analisa BNI Sekuritas, untuk tahun 2021, diperkirakan laba bersih PTBA meningkat 66,2% YoY (year on year) menjadi Rp4,0 triliun. Perkiraan peningkatan laba bersih ini dikarenakan proyeksi harga batubara global rata-rata sebesar USD75/ton dan volume penjualan batubara sebesar 27,2mn ton, yang sedikit di bawah dari tahun 2019 sebesar 27,8mn ton. Sementara itu, manajemen PTBA menargetkan volume penjualan batubara sepanjang masa sebesar 30,7mn ton. BNI Sekuritas memperkirakan sektor batubara akan melihat pertumbuhan yang stabil pada tahun 2021, mengakibatkan peningkatan average selling price  (ASP) PTBA yang mengarah pada penguatan pendapatan karena pemulihan ekonomi Tiongkok bisa menjadi sentimen positif bagi korporasi.

Baca Juga : Proyek Gasifikasi Batu Bara PTBA Bisa Hemat Devisa Rp 8,7 Triliun

Naiknya ASP ini seiring membaiknya permintaan batubara dari lokal, di mana tujuan penjualan PTBA sekitar 54% merupakan pasar domestik. Permintaan internasional juga membaik, dimana sekitar 46% penjualan diserap ke pasar India dan sebanyak 20% merupakan penjualan ke China.

 

Prospek harga batubara global 
BNI Sekuritas menilai prospek sektor batubara dalam jangka menengah dan panjang yang positif berdasarkan sentimen dan proyeksi di bawah ini:

  • Larangan China atas impor batubara Australia, ditambah dengan banjir di negara tersebut, telah mengurangi ketersediaan batubara berkalori menengah untuk sementara waktu.

    Hal ini mendorong pasar di beberapa negara bersaing memperebutkan untuk mengisi stok yang terbatas tersebut, sehingga berpotensi menaikkan harga batubara.

  • Untuk jangka menengah, industri listrik Tiongkok raksasa telah menyatakan bahwa kapasitas daya batubara akan mencapai 1.300GW dengan proyeksi pada tahun 2030, artinya naik dibadningkan tahun ini yang sebesar 1.050GW. Terhadap latar belakang ini, hampir 250GW pembangkit listrik tenaga batu bara sedang dikembangkan di Cina cukup untuk menggerakkan ekonomi terbesar Eropa, Jerman.

  • Dalam jangka panjang, sentimen positif harga batubara berasal dari electric vehicle (EV) di seluruh dunia dengan kebutuhan listrik yang dapat mendorong lebih banyak permintaan batubara. Menurut Bank of America, mobil listrik global diperkirakan melonjak dari 5% dari semua penjualan kendaraan pada tahun 2021F menjadi 40% pada tahun 2030F dan 95% pada tahun 2050F.

    BNI Sekuritas memproyeksikan harga saham PTBA sebesar Rp3.500. Mengingat jangka panjangnya prospek pertumbuhan produksi berdasarkan sejumlah proyek diversifikasi yang sedang digarap oleh PTBA antara lain investasi pembangkit listrik yang akan menyerap 5,4 juta ton batubara per tahun, gasifikasi batubara yang akan menyerap 6 juta ton batubara, serta pemrosesan karbon aktif yang akan menyerap 60.000 ton batubara per tahun.

Sumber : KONTAN, Bisnis Indonesia

 

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU