“Perolehan tersebut naik 37% dibandingkan perolehan kontrak baru pada Januari 2021 sebesar Rp1,1 triliun,” kata Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Noegroho Parwanto.
Ia menjelaskan, perolehan kontrak baru berdasarkan lini bisnis masih didominasi dari sektor konstruksi dan energi mencapai 91%. Kemudian disusul properti 8% dan sisanya berasal dari lini bisnis lainnya.
Sementara, berdasarkan segmentasi kepemilikan, realisasi kontrak baru dari pemerintah menjadi yang terbesar dengan kontribusi 56%. Kemudian disusul BUMN sebesar 29% dan swasta 15%.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kontrak baru perusahaan konstruksi plat merah ini masih di bawah realisasi tahun lalu (Februari 2020) sebesar Rp1,8 triliun. Kendati begitu, ADHI optimis dapat mengejar target kontrak baru yang telah ditetapkan awal tahun.
“Kenaikan alokasi biaya infrastruktur pemerintah sebesar 48% dari tahun 2020 menjadi Rp417 triliun di tahun 2021 ini menjadi katalis positif di mana proyek yang akan ditenderkan menjadi lebih banyak,” jelasnya.
Dia menambahkan, selain itu pemerintah telah melakukan percepatan program vaksinasi Covid-19. Dengan begitu, diharapkan industri konstruksi akan dapat kembali berjalan normal.
Terkait proyeksi hingga kuartal I-2021, Noegroho belum bisa memaparkan. Yang jelas ADHI, anggota indeks Kompas100 ini, masih berupaya membidik proyek lainnya dari jalan tol, gedung, bendungan, irigasi, dan proyek infrastruktur lainnya, baik proyek PSN maupun non PSN.
Sekedar mengingatkan, sepanjang 2021 ADHI menargetkan kontrak baru sebesar Rp 24 triliun. Target tersebut naik 21,82% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 19,7 triliun.
Sumber : Kontan