Dalam RUPST ini, keputusan penggunaan laba bersih periode tahun buku 2020 dari ketiga emiten pertambangan pelat merah tersebut dinantikan oleh pelaku pasar.
PTBA, TINS dan ANTM mencatatkan penurunan kinerja secara year on year (YoY) pada tahun 2020.
Dari ketiga emiten tersebut, ANTM mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 492,91 persen menjadi Rp1,15 triliun. Sepanjang tahun 2020, nilai penjualan bersih ANTAM tercatat sebesar Rp27,37 triliun dengan proporsi penjualan bersih domestik mencapai Rp19,92 triliun atau 73% dari total penjualan bersih ANTAM. Capaian nilai penjualan ANTAM di dalam negeri tumbuh sebesar 68% jika dibandingkan nilai penjualan bersih di pasar domestik pada tahun 2019 sebesar Rp11,86 triliun.
Kinerja Keuangan ANTAM yang solid tercermin pula dari stabilnya capaian corporate credit rating S&P Global ANTAM tahun 2020 dengan rating “B/outlook stable”, serta dapat mempertahankan peringkat Korporasi dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2011 yang dilakukan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dengan rating “idA/outlook stable”.
Kemudian, PTBA mencatatkan penurunan laba sebesar 41,17 persen menjadi Rp2,38 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp4,06 triliun.
Kinerja PTBA sepanjang tahun 2020 terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India. Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batubara domestik.Sementara harga batu bara selama tahun 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) sangat berfluktuasi sepanjang 2020.
Baca Juga : Menakar Saham BUMN Pertambangan di Tengah Kenaikan Harga Batu Bara
Sedangkan TINS belum mencatatkan keuntungan di tahun 2020, karena emiten ini mengalami rugi bersih sebesar Rp340,59 miliar. Namun kerugian ini lebih rendah 44,28 persen dibandingkan tahun 2019 yang mencapai R611,28 miliar. Kerugian TINS mampu diperkecil dikarenakan sejumlah beban perseroan yang diminimalisir seperti beban umum dan administrasi yang turun ke level Rp832,9 miliar, beban penjualan turun menjadi Rp69,4 miliar dan beban keuangan menurun menjadi Rp607,3 miliar.
Penurunan laba TINS ini dikarenakan hampir seluruh segmen pendapatan mengalami penurunan kinerja, antara lain logam timah turun 21,49 persen menjadi Rp13,9 triliun, timah solder turun 47,6 persen menjadi Rp199,9 miliar, aluminium menurun 54,18 persen ke Rp144,8 miliar, dan segmen rumah sakit yang turun 36 persen ke Rp142,1 miliar. Adapun, segmen pendapatan timah chemical naik 23,77 persen menjadi Rp414,6 miliar, pendapatan batu bara naik 213 persen menjadi Rp122,06 miliar, dan pendapatan nikel naik 47 persen menjadi Rp108,82 miliar.
Pembagian Dividen Perusahaan
Prediksi pembayaran dividen emiten BUMN pertambangan akan turun untuk tahun buku 2020. Kebijakan ini sejalan dengan arahan APBN dividen dari BUMN yang menurun ke posisi Rp26,1 triliun.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan ada beberapa emiten yang diprediksi memberikan dividen per lembar saham cukup tinggi. Dia memproyeksikan dividen PTBA sebesar Rp185 per saham.
PTBA adalah salah satu emiten yang royal membagikan dividen setiap tahunnya. Hal ini tercermin dari masuknya PTBA ke dalam daftar konstituen IDX High Dividend 20 (IDXHIDIV20).
Indeks IDX High Dividend 20 terdiri dari 20 saham yang membagikan dividen tunai dalam 3 tahun terakhir dan juga memiliki devidend yield yang tinggi.
Pada tahun tahun buku 2019, PTBA membagikan dividen sebesar Rp3,65 triliun atau setara dengan 90 persen dari total laba bersih yang mencapai Rp4,05 triliun. Rasio pembayaran dividen di tahun 2019 tersebut naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 75% dari total laba 2018.berjalan tah
Sedangkan, ANTM membagikan dividen Rp67,84 miliar atau setara dengan 35% dari laba bersih tahun buku 2019. Pembagian dividen ANTM dilaksanakan meskipun laba bersih perseroan turun 88,2 persen secara tahunan.
Devidend Payout Ratio (DPR) Aneka Tambang di tahun 2017 dan 2018 tidak berubah. Pasalnya emiten produsen emas ini membagikan dividen 35% dari laba bersih tahun 2017 kepada pemegang saham yaitu sebesar Rp47,7 miliar.
Besaran rasio pembayaran juga sama di tahun 2018 yaitu 35% dari laba bersih 2018 atau setara dengan Rp306,4 miliar, setiap lembar sahamnya memperoleh dividen tunai sebesar Rp12,74.
Adapun TINS, di tahun 2019 tidak membagikan dividen. Namun di tahun sbelumnya TINS membagikan 39% dari laba bersih periode 2018 atau setara Rp185,97 miliar.