
Direktur Operasional Perum Perindo Raenhat Tiranto Hutabarat mengatakan konsep bisnis merger Perindo dan Perinus akan menjadi kekuatan baru di bidang perikanan.
Pasalnya, dua perusahaan tersebut saling melengkapi dari hulu ke hilir, mulai dari bisnis kepelabuhan, penangkapan ikan, perdagangan ikan, budidaya hingga wisata perikanan atau aqua tourism.
“Saat ini kami masih menyatukan cakupan bisnis-bisnis Perindo dan Perinus sambil menunggu proses pemerseroan Perum Perindo menjadi PT untuk bisa segera merger dengan Perinus,” ujarnya Raenhat.
Raenhat menjelaskan Perindo memiliki kekuatan pada lini bisnis budidaya dengan lokasi tambak seluas 38 Ha, Keramba Jaring Apung 427 holes dan didukung pabrik pakan ikan dan udang kapasitas 6ton/jam untuk menciptakan budidaya terintegrasi.
Sedangkan pada lini bisnis pelabuhan, ada Pelabuhan Perikanan Jakarta, Pelabuhan Perikanan Belawan, Pekalongan, Pemangkat, Brondong, Prigi, dan Lampulo Tarakan dengan menyediakan sarana produksi cold storage 6 unit berkapasitas 3.200 ton, 4 Unit Pengelolaan Ikan (UPI), layanan docking, kapal tangkap & tampung, pabrik es, SWRO dan jasa kepelabuhanan lainnya.
Sementara itu, Direktur Utama Perinus Farida Mokodompit mengatakan pihaknya juga mendukung proses transformasi Perum Perindo menjadi perseroan yang sedang berjalan sebagai syarat untuk melakukan merger.
Dengan penggabungan dua BUMN Perikanan terbesar di Indonesia ini, Farida memprediksikan usaha perikanan di bidang penangkapan dan budidaya serta perdagangan ikan dapat lebih maju.”Dengan telah terlaksananya proses merger antara Perinus dan Perindo, maka dapat mempercepat proses pembentukan Holding BUMN Pangan,” tutur Farida.
Hal ini lantaran Perinus memiliki historikal usaha bisnis penangkapan dan perdagangan ikan yang kuat sedangkan Perindo memiliki kekuatan di bidang budidaya ikan.
Farida menuturkan prioritas kerja utama pasca penggabungan Perindo dan Perinus adalah revitalisasi dan perbaikan sarana dan prasarana produksi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.