Jumat, 26 April 2024

Seri Megaproyek 2 – Kereta Cepat: Jakarta – Bandung Hanya 45 Menit

ads-custom-5

Kota Bandung menjadi salah satu kota besar yang menyangga perekonomian nasional di samping Jakarta sebagai Ibukota Negara. Kota yang menjadi “ibu” dari Jawa Barat ini menjadi lokasi sentra bisnis besar seperti fashion, kuliner, hingga manufaktur. Tak ayal pebisnis asal Jakarta kerap berkunjung ke Bandung untuk urusan pekerjaannya. Tak hanya itu, Bandung juga menjadi destinasi utama warga Jakarta untuk menghabiskan masa akhir pekan. Bandung punya banyak lokasi wisata menarik bagi siapapun kalangannya. Makanya, kota yang dijuluki Paris van Java itu memiliki peran penting bagi bisnis maupun kepuasan batin individu.

 

Karena memiliki peranan penting, maka mobilitas masyarakat dari Jakarta ke Bandung juga sangat tinggi setiap harinya. Berdasarkan data dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Bandung yang biasanya ditempuh dari Jakarta melalui jalan tol dilintasi sekitar 30 ribu kendaraan per harinya. Itu pun baru kendaraan yang keluar melalui Gerbang Tol Pasteur sebagai pintu masuk utama. Belum dihitung dari berbagai gerbang tol lain ataupun jalan non-tol. Tak jarang, kemacetan terjadi apalagi pada saat akhir pekan ataupun libur nasional seperi lebaran dan natal & tahun baru (nataru).

 

Sementara, moda transportasi lain seperti kereta api reguler juga kerap dipenuhi penumpang. KA reguler seperti Argo Parahyangan rute Jakarta Gambir – Bandung yang dilayani oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI selalu terjual habis tiketnya sehingga pelanggan lain tak kebagian. KAI mencatat, ada sekitar 12.000 penumpang yang diangkut oleh Argo Parahyangan dalam sehari.

 

Dengan tingkat mobilitas yang meninggi seiring dengan tingkat populasi, maka bukan tak mungkin Bandung akan dilingkupi kemacetan dan sistem transportasi eksisting yang akan kewalahan. Untuk itu Pemerintah bersemangat dalam menyediakan pilihan transportasi lain yang cepat dan modern, yakni kereta cepat.

 

Sinergi BUMN Indonesia & China

Presiden Joko Widodo menyaksikan maket kereta api cepat Jakarta-Bandung, Kamis 21 Januari 2016. Foto: SP/Adi Marsiela
Presiden Joko Widodo menyaksikan maket kereta api cepat Jakarta-Bandung, Kamis 21 Januari 2016. Foto: SP/Adi Marsiela

Berdiri pada Oktober 2015, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Badan Usaha Milik Negara Indonesia (BUMN) melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium BUMN perkeretaapian Tiongkok melalui Beijing Yawan HSR Co.Ltd, dengan bisnis utama di sektor transportasi publik dengan skema business to business (B2B).

 

Untuk konsorsium dalam negeri, anggotanya terdiri dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor utama, PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) selaku penyedia lahan, dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang rencananya akan menangani mekanisme operasionalnya nanti. Terakhir PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai penyedia lahan yang berdekatan dengan tol serta pengatur lalu lintas jalan tol kelolaannya pada saat konstruksi.

 

Beijing Yawan HSR sendiri juga merupakan konsorsium yang terdiri dari beberapa badan usaha milik negaranya yakni China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.

 

Mulanya selain China, Jepang juga tertarik untuk terlibat dalam megaproyek ini. Dilansir dari laman resmi PT KCIC, pihak Jepang menawarkan pinjaman proyek dengan jangka waktu 40 tahun berbunga hanya 0,1% per tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Sementara, China menawarkan pinjaman sebesar US$ 5,5 miliar dengan jangka waktu 50 tahun dan tingkat bunga 2% per tahun. Kendati penawaran Jepang cukup menggiurkan dengan persentase bunganya yang sangat kecil, Indonesia justru memercayai China untuk ikut serta mengerjakan proyek.

 

Kereta Cepat China menjadi pilihan Indonesia didasarkan atas pertimbangan beberapa hal, yakni dengan panjang 25 ribu km, China menjadi negara yang paling banyak memiliki jalur kereta cepat dengan rute terpanjang di dunia. Kemudian, total rolling stock China mencapai 1.800 rangkaian, jumlah tersebut terhitung 55% dari total rolling stock dunia.

 

Dari sisi teknologi, kereta cepat China mampu menghubungkan Beijing-Shanghai yang berjarak sekitar 1.318 kilometer (setara dua kali perjalanan Jakarta-Surabaya PP) dalam waktu tempuh 4,5 jam. China juga membuka selebar-lebarnya transfer pengetahuan dan teknologi kereta cepat kepada Indonesia.

Transfer teknologi itu sangat dibutuhkan karena kereta cepat buatan negeri tirai bambu tersebut didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dalam kondisi iklim empat musim. Makanya Indonesia perlu beradaptasi lagi untuk menerapkan teknologi dan desai sesuai dengan iklim yang dimiliki. Untuk iklim Indonesia yang tropis, rute kereta cepat di tepi pantai Cina seperti Guangdong, Fujian, dan Pulau Hainan akan memiliki kemiripan dengan kereta cepat Tanah Air.

 

Secara garis besar, dalam PT KCIC ada dua konsorsium besar yang bersatu. Konsorsium Indonesia akan menguasai 40% saham KCIC, dengan pembagian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang menjadi pemegang saham paling besar, yakni 38%. Lalu, PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI masing-masing memiliki 25% saham. Sisanya dipegang oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 12%. Sementara Beijing Yawan HSR Co Ltd menguasai 40% saham.

 

Jadi Proyek Prioritas

Rolling stock Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang tengah dikerjakan konsorsium China. Foto: Istimewa
Rolling stock Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang tengah dikerjakan konsorsium China. Foto: Istimewa

Adanya wacana pembangunan kereta cepat sudah berembus sejak era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dilansir dari Detik.com, awalnya pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan studi kelayakan dengan negara lain. Pada waktu itu Jepang lah yang membantu Indonesia dalam riset ini, dengan Japan Internasional Corporation Agency (JICA) sebagai konsultannya.

 

Studi kelayakan tersebut bergulir pada 2014 dan pada saat itu dilakukan untuk membangun kereta semi cepat Jakarta-Surabaya, dengan jarak sepanjang 748 km. Sesuai hasil studi, kereta diproyeksi akan mampu menempuh jarak tersebut dalam waktu 5,5 jam dengan kecepatan rata-rata 160 kilometer. Diketahui pula dari hasil studi bahwa pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Surabaya pun diperkirakan memakan biaya Rp 100 triliun.

 

Setelah melalui berbagai pertimbangan baik ekonomi maupun politik, akhirnya pemerintah memutuskan untuk membangun kereta cepat secara bertahap. Pemerintah memutuskan untuk membangun dengan rute Jakarta-Bandung terlebih dahulu sepanjang 142,3 km yang nilai awal proyeknya senilai Rp 67 triliun.

 

Hingga akhirnya pada 2016, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah. Resminya megaproyek ini diprioritaskan dibuktikan dengan berlakunya Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional. Sehingga setelah menjadi PSN, trase kereta cepat ini langsung dibuat oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia pada saat itu yakni Ignatius Jonan, di tahun yang sama.

 

Hanya berselang beberapa bulan, kickoff dari proyek ini dimulai dari proses peletakan batu pertama Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung oleh Presiden Joko Widodo di Kebun Teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat pada 21 Januari 2016 lalu. Untuk memastikan proyek berjalan dengan lancar dan sesuai target, maka PT KCIC mengesahkan kerja sama dengan Kementerian Perhubungan dengan penandatanganan kesepakatan berupa perjanjian konsesi. Kementerian Perhubungan juga memastikan prioritas proyek ini dengan menerbitkan izin pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung secara utuh sepanjang 142,3 km.

 

Milestone lainnya, pada 2017 disepakati Facility Agreement Pembiayaan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta-Bandung antara PT KCIC dan China Development Bank di Beijing, China. Penandatanganan kesepakatan disaksikan oleh kepala negara kedua pihak, Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping. Perjanjian lain yang disepakati dalam kurun 2017 – 2018 adalah penandatanganan kontrak kerja sama dengan Cars Dardela Joint Operation (CDJO) sebagai pengawas konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Selain itu ada penandatanganan perjanjian pemanfaatan lahan Halim untuk stasiun dan trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

 

Akan Tembus Surabaya

Proyek jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang bersebelahan dengan rel kereta api reguler. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Proyek jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang bersebelahan dengan rel kereta api reguler. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Memiliki panjang trase 142,3 km yang terbentang dari Jakarta hingga Bandung, kereta cepat ini akan memiliki empat stasiun pemberhentian Halim di Jakarta Timur, Karawang, Walini di Kabupaten Bandung Barat, dan Tegalluar di Kabupaten Bandung dengan waktu tempuh hanya 45 menit. Untuk pembangunan depo, KCIC akan membangun fasilitas lengkapnya dekat dengan Stasiun Tegalluar. Setiap stasiun akan terintegrasi dengan moda transportasi massal di setiap wilayah.

 

Pembangunannya dilakukan secara masif untuk mengejar target operasional tahun 2022 mendatang. Dari total panjang trase kereta cepat, lebih dari 80 km di antaranya memiliki struktur elevated sedangkan sisanya berupa 13 terowongan dan subgrade. Beberapa fasilitas sementara seperti Batching Plant dan Casting Yard dibangun di beberapa titik kritis untuk mendukung percepatan proses pembangunan.

 

Rolling stock atau jenis rangkaian yang akan digunakan adalah kereta cepat generasi terbaru CR400AF, yang merupakan hasil pengembangan tipe CRH380A oleh CRRC Qingdao Sifang. CR400AF memiliki lebar 3,36 m dan tinggi 4,05 m dengan panjang kepala kereta 27,2 m dan intermediate kereta 25 m. Dengan kata lain CR400AF memiliki dimensi lebih besar dari tipe sebelumnya. Selain lebih andal, CR400AF juga memiliki masa penggunaan lebih lama hingga lebih dari 30 tahun sejak tahun produksi serta biaya perawatan yang lebih rendah. Dengan besar daya setiap rangkaian mencapai 9750 kW, kereta ini mampu memberikan akselerasi yang lebih baik saat melewati trase pada elevasi 30 per mil. Dalam kondisi darurat, CR400AF dapat digunakan sebagai penarik kereta lainnya meskipun dalam kondisi gradien atau elevasi 12 per mil.

 

Selain pengembangan infrastruktur transportasi publik, PT KCIC turut berupaya menunjang peningkatan produktivitas masyarakat di sepanjang trase kereta cepat melalui pengembangan kawasan terintegrasi atau Transit Oriented Development (TOD) di setiap area stasiun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Konsep TOD yang dipadukan dengan kereta cepat diyakini dapat meningkatkan kemudahan akses wilayah, sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah sekitar.

 

Hingga akhir Agustus ini, Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra mengungkapkan progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah 60%. Baru-baru ini PT KCIC sukses menuntaskan konstruksi portal beam yang melintang di atas Jalan Tol Cikarang.

 

Selain itu, PT KCIC juga melakukan instalasi box girder di Kawasan Casting Yard #1 yang merupakan lokasi produksi girder box terbesar di Indonesia seluas 165.500 meter persegi pada Rabu (2/9/2020). Box girder kereta cepat telah siap di lokasi Casting Yard dan akan segera dilakukan instalasi. Dari tempat produksinya, box girder tersebut akan diantar oleh transporter untuk selanjutnya diinstal dengan mesin launcher. Menurut Chandra, mesin launcher ini merupakan yang terbesar dan pertama digunakan di Indonesia.

 

“Tak hanya di Cikarang, instalasi girder telah dilakukan di Casting Yard #2 yang berlokasi di area Karawang pada Selasa (1/9) dan besok hari Kamis (3/9/2020) di Casting Yard #4 Kota Bandung,” ungkapnya.

 

Meski beberapa kali proyek diberhentikan akibat permasalahan lingkungan maupun pandemi Covid-19, namun seluruh konstruksi ditargetkan tetap selesai pada 2021 agar setahun setelahnya, kegiatan operasional sudah bisa dilaksanakan. Jika konstruksi Kereta Cepat Jakarta Bandung ini rampung dengan sukses, bukan tak mungkin trase akan dilanjut hingga Surabaya, seperti keinginan Presiden Joko Widodo baru-baru ini.

 

(Foto Utama: AFP)

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU