Kamis, 25 April 2024

PFN, Sineas dan KJRI LA Bahas Peluang Kemitraan Industri Lokal dengan Hollywood

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | Perum Produksi Film Negara (PFN) mengadakan forum diskusi virtual bersama sineas nasional dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles (KJRI LA) tentang peluang sineas Indonesia berkarya di Hollywood.

 

PFN berharap dengan adanya diskusi ini, dapat menampung dan menyampaikan aspirasi sineas Indonesia terhadap langkah-langkah pemerintah dalam mengupayakan sineas Tanah Air berkarya di luar negeri.

 

“Sasaran FGD (forum group discussion) ini adalah diskusi yang informal tapi serius, yang serius tapi fun karena film itu membawa kebahagiaan. Dari diskusi ini KJRI akan men-download masukan dari rekan perfilman sehingga sasaran dari FGD ini terpakai,” jelasDirektur Utama PFN Judith Dipodiputro.

 

Konsul Jenderal dari KJRI LA Saud P. Krisnawan menambahkan, program utama lain dalam melakukan pendekatan di industri Hollywood yaitu promosi Indonesia sebagai lokasi perfilman yang dinilai berkaitan dengan pariwisata nasional. Lokasi film Hollywood di Indonesia diharapkan dapat menciptakan karya box office di masa depan.

 

“Kami berupaya mempertemukan para sutradara dan produser Hollywood dengan sineas Indonesia, siapa tahu mungkin ke depan terjadi join production Hollywood dengan film Indonesia yang berskala besar,” kata Saud.

 

Perwakilan sineas Tanah Air antara lain Produser Sheila Timothy, Robert Ronny, Penulis dan Sutradara Gina S. Noer, Joko Anwar, Mouly Surya, dan Fajar Nugros. Sheila Timothy menceritakan tentang basis hukum dan relaksasi perizinan, berkaca dari pengalaman kerja sama dengan 20th Century Fox asal Amerika untuk film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Geni 212.

 

Menurut Sheila, masalah pihak Hollywood adalah legal karena profesionalitasnya dalam menjalin kerja sama, terutama untuk rumah produksi yang negaranya berbeda. Ia menginginkan prosedur itu menjadi hal yang lumrah di industri perfilman nasional.

 

“Ketika berurusan dengan industri sekaliber Hollywood, Fox, legal mereka sudah advance sekali, mereka sudah memiliki hukum atau lawyer khusus untuk entertainment sementara kita belum ada,” tutur Sheila.

 

Mouly Surya ikut berpendapat, pemerintah perlu memerhatikan festival film besar di sirkuit internasional. Sutradara film Marlina dalam Pembunuh Empat Babak Itu melihat beberapa negara tak menjual film, tetapi menawarkan program.

 

“Menurut saya kesalahpahaman itu yang membuat semacam salah kaprah antara guna eksistensi Indonesia di market dunia dan berhubungan dengan lokasi,” kata Mouly.

 

FGD tersebut kemudian menghasilkan simpulan bahwa pemerintah dalam hal ini perlu memerhatikan political will dengan jelas dan memperlakukan industri film sebagai industri profesional. Pemerintah pun perlu memerhatikan masa depan industri film Indonesia dengan membangun pondasi dari pendidikan film.

 

“Maka fundamental sangat penting, landasan, fondasinya bahwa yang diperlukan Indonesia mampu menghasilkan yang excellent yang kompetitif. Fundamentalnya adalah kalau kita ingin menghasilkan sesuatu yang profesional dan excellent, pendidikan yang tepat, profesional yang dilakukan orang-orang profesional adalah landasannya,” papar Judith.

 

Sumber: AntaranewsMedcom

Foto: dok. Miles Films

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU