Jumat, 26 April 2024

Setelah Sewindu Defisit, Krakatau Steel Raup Untung Rp 1 T

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berhasil membukukan laba sebesar US$ 74,14 juta atau sekitar Rp 1 triliun di kuartal I 2020 ini. Capaian tersebut menjadi prestasi yang positif bila mengingat selama delapan tahun ke belakang, perusahaan pelat merah ini terus merugi.

 

Berdasarkan catatan Perseroan, di triwulan awal ini terdapat perbaikan kinerja yang disebabkan oleh adanya penurunan beban pokok pendapat sebesar 39,8% dan penurunan biaya administrasi dan umum sebesar 41,5%.

 

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengklaim prestasi ini juga disokong oleh perubahan yang dilakukan Perseroan selama setahun ini.

 

“Beberapa upaya yang telah dilakukan Perseroan untuk memperbaiki kinerja antara lain melalui program restrukturisasi dan transformasi,” ujar Silmy dalam siaran persnya.

 

Berbagai efisiensi ditempuh Krakatau Steel untuk mencapai prestasi ini, salah satunya pada biaya-biaya produksi baja. Pada tiga bulan pertama tahun ini, komponen biaya tersebut tercatat turun 30% menjadi US$ 159,64 juta.

  

Penurunan komponen biaya tersebut terutama terjadi pada biaya pemakaian bahan baku sebesar 27% menjadi US$ 119,64 juta. Biaya pabrikasi juga ikut turun 39,9% menjadi US$ 30,43 juta. Biaya upah langsung mengalami penurunan juga hingga 29,5% menjadi US$ 9,57 juta.

 

Dalam laporan keuangan Krakatau Steel Kuartal I 2020 dijelaskan bahwa efisiensi antara lain dilakukan dengan memberhentikan operasional sejumlah pabrik milik BUMN tersebut. Pabrik yang dimaksud seperti pabrik Blast Furnace, pabrik DR, dan Wire Rod Mill.

 

Strategi efisiensi lainnya melalui efisiensi proses produksi dan optimalisasi kapasitas produksi. Program yang dilakukan adalah meningkatkan overall equipment effectiveness dengan cara memperbaiki produktivitas dan rasio hasil produksi.

 

Kemudian, Perseroan juga melakukan peningkatan produktivitas karyawan melalui program optimalisasi tenaga kerja. Walhasil, pada Januari lalu, optimalisasi kerja pegawainya meningkat sebesar 43% dibanding tahun lalu.

 

“Salah satu hasil positif yang dicapai Perseroan adalah penurunan biaya operasi (operating expenses) induk turun 31% menjadi US$46,8 juta dibandingkan periode yang sama di tahun 2019,” kata Silmy.

 

Jika ditotal, dalam triwulan I ini Krakatau Steel berhasil menghemat biaya sebesar US$ 130 juta atau setara dengan Rp 1,88 triliun.

 

Ancaman Pasar Baja yang Lesu

Kendati demikian, kinerja pendapatan perusahaan pada tiga bulan pertama tahun ini mengalami penurunan. Emiten berkode KRAS ini hanya mencatatkan pendapatan bersih senilai US$ 311,18 juta atau Rp 4,5 triliun pada kuartal I 2020, turun hingga 25% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 418,98 juta atau Rp 6,064 triliun.

 

Penurunan pendapatan ini terjadi akibat lesunya penjualan produk baja. Di dalam negeri, Krakatau Steel menjual baja senilai US$ 248,19 juta, turun hingga 29% secara tahunan dari US$ 349,59 juta. Sementara untuk penjualan ke luar negeri atau ekspor, perusahaan hanya meraup pendapatan senilai US$ 6,97 juta, turun hingga 58% dari US$ 16,69 juta.

 

Ke depannya, bukan perkara mudah untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja bagi Krakatau Steel. Pasalnya menurut Silmy, industri baja akan terancam goyah akibat pandemi virus corona atau Covid-19 pada triwulan kedua tahun ini.

 

“Kondisi di triwulan II 2020 diperkirakan berbeda karena kondisi pasar baja yang melemah sampai sekitar 50% akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19,” jelasnya.

 

Ia memprediksi, besar kemungkinan jika keadaan ini berlarut dan pihaknya tak melakukan langkah-langkah antisipasi, maka industri hilir dan industri pengguna akan menutup lini produksinya karena rendahnya utilisasi.

 

Menurutnya, hal ini sangat berisiko karena karakteristik industri baja yang memerlukan waktu untuk melakukan proses start-up produksi. Kondisi tersebut akan menimbulkan defisit neraca perdagangan nasional. Apabila industri sempat mati, maka akan sulit untuk dihidupkan kembali. Kondisi ini akan diperparah dengan produk impor yang akan mengisi kekosongan pasar dalam negeri.

 

“Kita berharap kondisi perekonomian di triwulan III dan IV akan membaik, sehingga Krakatau Steel dapat kembali meraih keuntungan seperti halnya di triwulan I 2020 dan tahun ini Krakatau Steel dapat membukukan laba seperti yang direncanakan pasca selesainya restrukturisasi Krakatau Steel,” tandas Silmy.

 krakatau steel

Sumber: Krakatau SteelKatadata

Infografis: BUMNINFO/Naufal Anjani

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU