Jumat, 29 Maret 2024

Di Tengah Pandemi, BNI Justru Menguat di Kuartal I 2020

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BNI berhasil mencatat kinerja kuartal I 2020 yang solid. Padahal sektor ekonomi juga sedang ikut tertekan akibat pandemi Covid-19.

 

Pada akhir kuartal I 2020, BNI masih mampu menumbuhkan pinjaman sebesar 11,2% year over year (YoY), yaitu dari Rp 521,35 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp 579,60 triliun pada kuartal I 2020. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2019, pinjaman tumbuh 4,1% year to date (YtD).

 

Sementara, peningkatan pinjaman ditopang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,4% YoY, yaitu dari Rp 575,75 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp 635,75 triliun pada kuartal I 2020. Dengan pertumbuhan DPK yang baik ini, BNI memiliki likuiditas yang sehat dengan loan to deposit ratio (LDR) BNI pada kuartal I 2020 tercatat sebesar 92,3%.

 

Corporate Secretary BNI Meiliana menyatakan, saat ini kinerja Perseroan cukup dapat diandalkan sebagai bekal menjalankan bisnis hingga akhir tahun. Meski hal itu tidak akan mudah, terutama pada penguatan likuiditas dan pengelolaan kualitas aset.

 

Untuk itu, ke depannya BNI akan melihat pentingnya mengantisipasi potensi tekanan pada likuiditas, yang dipengaruhi oleh adanya penundaan pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bunga dari debitur karena bisnisnya terpengaruh Covid-19, serta tekanan capital outflow dan potensi melemahnya ekspor.

 

“Dalam kondisi yang sangat menantang seperti ini, likuiditas BNI akan tetap dikelola secara prudent, seperti tercermin pada indikator atau rasio-rasio likuiditas yang seluruhnya telah sesuai dengan ketentuan regulator dan risk appetite internal,” ungkap Meiliana dalam keterangan tertulis.

 

Selain itu, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) bertumbuh sebesar Rp 9,54 triliun atau meningkat 7,7% YoY dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 8,86 triliun. Kenaikan NII tersebut dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 3,8% dan penurunan beban bunga sebesar -2,5%.

 

Penurunan beban bunga ini menarik karena disebabkan oleh biaya dana (cost of fund) yang turun sebesar 30 bps. Ini terjadi karena perolehan dana murah (CASA) yang juga meningkat dibanding kuartal I 2019.

 

Adapun dari sisi beban operasional, strategi efisiensi tetap dilakukan, terutama pada pos biaya variabel, sehingga beban operasional BNI pada kuartal I 2020 dapat tumbuh terkendali sebesar 1,7% YoY.

 

Secara keseluruhan, kinerja itu membawa BNI mampu mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2020 sebesar Rp 4,25 triliun atau meningkat 4,3% YoY dibanding kuartal I 2019 sebesar Rp 4,08 triliun.

 

Kendati begitu, Meiliana menuturkan bahwa BNI tak akan pernah lengah Dalam menghadapi kondisi perekonomian ke depan yang belum dapat diprediksi secara akurat, terutama akibat dampak Covid-19, yang belum dapat diperkirakan akhir penyebarannya.

 

Terlebih, pada kuartal I 2020, indikasi pengaruh COVID-19 terlihat pada peningkatan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) dari 2,3% pada 2019 menjadi 2,4% pada 2020—meskipun masih jauh di bawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5%.

 

Meiliana menegaskan, BNI juga akan terus berfokus pada penyelamatan aset paling penting perusahaan, yaitu pegawai, agar tetap sehat dan terhindar dari terpaan virus corona.

 

“Selain itu, kehandalan operasional terus dijaga untuk memberikan kenyamanan bagi nasabah, antara lain melalui kehandalan e-channel serta ketersediaan layanan cabang yang disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin, dan yang terpenting saat ini adalah melakukan restrukturisasi kredit secara prudent dalam rangka meringankan beban debitur yang terkena dampak Covid-19,” tegasnya.

 

Sumber: BNI 

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU