Jakarta, BUMNInfo | PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menambah impor minyak mentah sebanyak 10 juta barel. Hal ini menyusul anjloknya harga minyak dunia lebih dari 50 persen pada beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya sudah melakukan pembelian 10 juta barel minyak mentah jenis Brent yang sempat berada di kisaran 24 dolar AS per barel. Menurutnya, melemahnya harga minyak dunia merupakan momentum yang tepat bagi perseroan untuk menambah stok dari luar negeri di tangki penyimpananan.
“Ketika harga minyak Brent 24 dolar AS (per barel), kami melakukan pembelian tambahan sebanyak 10 juta barel. Sebagian sudah kita beli dan minggu ini juga kita beli,” ujar Nicke.
Pertamina juga memutuskan untuk melakukan penambahan impor BBM jenis gasoline sebesar 9,3 juta barel. Selain itu, Perseroan juga mengimpor LPG 5 X 44.000 MT.
“Dalam rangka menjamin security of supply diamankan ketersediaan volume dengan memanfaatkan time to buy,” ungkapnya.
Adanya pelamahan harga dunia membuat Pertamina memutuskan bahwa impor minyak menjadi opsi yang lebih efisien, ketimbang harus menyerap produksi dalam negeri.
“Crude sumur domestik contoh dari Blok Rokan dan dari Exxon Cepu harganya sangat tinggi. Kalau kita tetap serap dalam kondisi Covid-19 akan berdampak HPP meningkat tajam, di sisi lain crude impor sedang murah,” tuturnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan secara ekonomi akan baik membeli di saat harga rendah. Namun harus memperhatikan kapasitas penampung di dalam negeri, depot, dan sebagainya.
“Kalau masih ada space utamakan produksi dalam negeri kalau ada space lagi tepat pembelian,” tegasnya.
Djoko menerangkan, harga akan kembali normal jika produsen melakukan pengurangan produksi dan permintaan meningkat. Virus corona berdampak pada turunnya ekonomi dan anjloknya permintaan BBM.
“Dengan libur dan cuti bersama turis dalam negeri meningkat, demand BBM (meningkat) negara lain melakukan nggak yang sama, prosusen kurangi produksi, akan kembali normal,” tandasnya.
Sumber: Kompas.com, CNBC Indonesia