Jumat, 29 Maret 2024

Penjualan Menurun Akibat Cuaca, Penjualan Semen Indonesia Masih Lebih Baik Dari Tahun Lalu

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menghadapi penurunan permintaan semen akibat kondisi cuaca hujan sepanjang bulan lalu. Meski demikian, volume penjualan dan pangsa pasar perseroan masih menunjukkan pertumbuhan sepanjang Januari-Februari 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu.

Semen Indonesia mencatat penurunan volume penjualan semen dari 3,36 juta ton pada Januari 2020 menjadi 2,91 juta ton pada Februari 2020. Penurunan tersebut juga terjadi, apabila dibandingkan dengan realisasi volume penjualan semen perseroan pada Februari 2019 sebanyak 3,1 juta ton.

Penurunan tersebut berimbas terhadap pangsa pasar penjualan semen perseroan melemah dari 55,1% pada Januari 2020 menjadi 51,6% pada Februari 2020. Perseroan mencatat kenaikan volume penjualan perseroan hanya terjadi di pasar Indonesia bagian timur pada Januari-Februari 2020 dengan pertumbuhan mencapai 33,5% dan Pulau Sulawesi dengan kenaikan 2%.

Sedangkan penjualan di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara justru turun, dengan penurunan terbesar sebesar 6,7% di Pulau Jawa.

Meski penjualan bulan mencetak penurunan, Semen Indonesia masih berhasil mencetak kenaikan volume penjualan semen sepanjang Januari-Februari 2020 menjadi 6,27 juta ton dibandingkan periode sama tahun lalu mencapai 5,59 juta ton.

Kenaikan tersebut berimbas terhadap pertumbuhan pangsa pasar perseroan menjadi 53,4% sepanjang Januari-Februari 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu sekitar 45,4%. Analis Danareksa Sekuritas Eka Savitri mengungkapkan, penurunan volume penjualan semen perseroan sepanjang bulan lalu akibat penyusutan permintaan pasar domestik selama musim hujan pada Februari 2020.

Hal ini memicu pangsa pasar perseroan turun menjadi 51,6%, dibandingkan posisi Januari 2020 sebanyak 55,1%. “Penurunan volume penjualan semen perseroan sepanjang Februari dipengaruhi tiga faktor, seperti penrunan permintaan akibat musim hujan di dalam negeri, penurunan volume ekspor semen, dan penurunan volume penjualan Thang Long Cement,” tulis Eka dalam risetnya, baru-baru ini.

Penurunan volume penjualan semen bulanan perseroan juga dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi semen domestik dengan koreksi sebanyak 6,2% menjadi 4,88 juta ton pada Februari 2020, dibandingkan bulan sama tahun lalu. Volume tersebut juga mengalami penuruan sekitar 0,1%, dibandingkan Januari 2020.

Meski terjadi penurunan volume penjualan, Danareksa Sekuritas masih memberikan sikap optimistis terhadap Semen Indonesia ke depan. Laba bersih perseroan diperkirakan bertumbuh menjadi Rp 2,36 triliun tahun ini, dibandingkan perkiraan 2019 senlai Rp 1,76 triliun.

Sedangkan pendapatan diharapkan bertumbuh menjadi Rp 40,8 triliun tahun ini dibandingkan perkiraan tahun lalu sebesar Rp 38,2 triliun. Berbagai faktor tersebut mendorong Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham SMGR dengan target harga Rp 17.500.

Target harga tersebut juga menggambarkan posisi perseroan sebagai produsen semen terbesar di Indonesia. Sementara itu, tim riset Sinarmas Sekuritas sebelumnya menetapkan rekomendasi beli saham SMGR dengan target harga Rp 15.400.

Target harga tersebut mengasumsikan ekspektasi berlanjutnya pertumbuhan proyek infrastruktur pemerintah dan peluang membaiknya industri properti. Target harga tersebut juga mengasumsikan dampak positif sinergi Solusi Bangun Indonesia dalam grup Semen Indonesia.

Target harga tersebut juga mempertimbangkan peluang kenaikan laba bersih perseroan menjadi Rp 3,48 triliun tahun ini dibandingkan proyeksi tahun lalu mencapai Rp 2,19 triliun tahun 2019. Sedangkan penjualan diharapkan meningkat menjadi Rp 43,77 triliun pada 2020 dibandingkan perkiraan tahun lalu senilai Rp 41,69 triliun.

Sinarmas Sekuritas menyebutkan bahwa Semen Indonesia akan bisa menciptakan efisiensi setelah menuntaskan akuisisi mayoritas saham Solusi Bangun Indonesia tahun lalu. Akuisisi tersebut juga meningkatan kapasitas produksi terpasang perseroan yang tersebar di berbagai wilayah.

“Solusi Bangun Indonesia juga akan mendapatkan efisiensi lebih baik di bidang pengadaan bahan baku produksi semen, karena teritegrasi dengan Semen Indonesia,” tutur tim Sinarmas Sekuritas dalam risetnya. Terkait utilisasi pabrik, Solusi Bangun Indonesia telah mencetak utilisasi pabrik sebanyak 62% atau lebih rendah dari realisasi utilisasi pabrik Semen Indonesia mencapai 87%.

Dengan tingkat kapasitas terpasang yang belum terpakai masih besar, perseroan memiliki peluang untuk meningkatan volume produksi untuk memperkuat kehadiran produk perseroan di pasar. Tahun lalu, Semen Indonesia mencatatkan peningkatan volume penjualan sebesar 28,5% menjadi 42,61 juta ton hingga akhir 2019, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebanyak 33,17 juta ton. Perolehan tersebut setara dengan 103,1% dari target yang ditetapkan Danareksa Sekuritas.

Sumber : investor.id

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU