Kamis, 18 April 2024

Kiprah PT Indofarma hingga Jadi Anggota Holding BUMN Farmasi

ads-custom-5

Ditetapkannya holding BUMN farmasi dengan tiga anggota yakni PT Bio Farma (Persero) Tbk sebagai induk beserta PT Kimia Farma dan PT Indofarma (Persero) Tbk, diharapkan dapat menurunkan harga bahan baku obat. Aksi ini juga dipercaya mampu meningkatkan kualitas produk serta menaikkan tarafnya ke pasar dunia.

Direktur Utama PT Indofarma Arief Pramuhanto menerangkan bahwa pembentukan holding BUMN farmasi bertujuan untuk menekan harga bahan baku obat. Dia menambahkan, kehadiran holding BUMN farmasi diestimasi bisa menurunkan impor bahan baku dari 90 persen menjadi 75 persen.

“Selama ini kami lakukan impor bahan baku dari China dan India. Nantinya akan berkurang,” papar Arief.

Dia menerangkan, proporsi impor bahan baku obat dari China dan India masing-masing 60 persen dan 40 persen. Sebelumnya, proporsi China tercatat 80 persen sedangkan India 20 persen. Proporsi impor dari India naik signifikan karena harga yang dibanderol lebih murah.

Arief menuturkan, di samping efisiensi dari biaya impor, Indofarma juga menekan biaya pemasaran. Dia mengaku, perusahaan bersandi saham INAF ini mampu menghemat biaya pemasaran hingga Rp50 miliar.

Setelah holding terbentuk, Indofarma akan saling melengkapi dengan anggota holding lainnya. Indofarma, lanjut Arief akan fokus pada bisnis alat kesehatan dan obat herbal. Adapun fokus Kimia Farma pada produk farmasi sedangkan Bio Farma lebih menggeluti vaksin.

Secara keseluruhan, holding BUMN menargetkan total pendapatan sebesar Rp16,8 triliun pada tahun 2020. Holding BUMN Farmasi memiliki aset sekitar Rp30,6 triliun.

Dari Pabrikan Kecil Hingga Jadi Produsen Besar

indofarma pabrikPT Indofarma (Persero) Tbk, disebut juga dengan Indofarma, mulai berkiprah di bidang farmasi pada 1918. Berawal dari sebuah pabrik skala kecil di lingkungan Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda yang pada saat itu hanya memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut.

Seiring berjalannya waktu, pada 1931 usaha Indofarma berkembang dengan memindahkan unit produksi ke Manggarai, atau yang dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai, kemudian menambah tablet dan injeksi dalam rangkaian lini produksinya. Sempat dikuasai oleh Pemerintah Jepang pada 1942 di bawah manajemen Takeda Pharmaceutical, perseroan kembali diambil alih oleh Pemerintah Indonesia pada 1950 melalui Departemen Kesehatan.

Peran Indofarma dalam bidang farmasi dan kesehatan semakin diperhitungkan, terlebih untuk urusan memproduksi obat-obat esensial untuk kesehatan masyarakat. Pada 11 Juli 1981 status Perseroan berubah menjadi badan hukum berbentuk Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma).

Perkembangan Indofarma ke arah positif itu kemudian menghasilkan pembangunan pabrik besar di Cibitung, Bekasi. Dengan areal seluas 20 hektar, pembangunan pabrik itu dimulai pada 1988 dan mulai beroperasi pada 1991.

Status Perseroan kembali berubah pada tahun 1996 menjadi PT Indofarma (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 34 tahun 1995 dengan akta pendirian berdasarkan Akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996 yang diubah dengan Akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996.

Pada 2000, Indofarma kemudian meraih sertifikasi ISO 9001:1994 dan terus memperbaharuinya secara berkala. Di tahun yang sama, perusahaan melakukan pengembangan ke hilir dalam bidang distribusi dan perdagangan dengan melakukan ekspansi pendirian anak perusahaan PT Indofarma Global Medika (IGM) melalui persentase kepemilikan sebesar 99,999%. Hingga 31 Desember 2018, IGM memiliki 29 kantor cabang. IGM juga telah memiliki sertifikasi ISO 9001:2008 dan OHSAS 18001:2007.

Pada 17 April 2001 Indofarma melakukan Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (saat ini telah digabung menjadi Bursa Efek Indonesia) dengan kode emiten INAF yang kemudian mengubah status perseroan menjadi PT Indofarma (Persero) Tbk.

Di 2012, Indofarma mendorong salah satu profit center-nya melalui kebijakan komersialisasi unit usaha Indomach, produsen mesin pabrik farmasi. Untuk mendukung upaya pengembangan produk, perusahaan memiliki entitas anak kepemilikan tidak langsung melalui IGM, yaitu PT Farmalab Indoutama yang didirikan pada 2013 untuk melaksanakan kegiatan di bidang laboratorium pengujian ekuivalensi dan klinis.

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi dan alat kesehatan nasional, Indofarma terdaftar sebagai anggota di tiga organisasi, yakni Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi), Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB), dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

Dengan bergabungnya Indofarma pada organisasi di atas, perusahaan berharap dapat senantiasa mengikuti perkembangan dan perubahan regulasi. Selain itu perseroan dapat memanfaatkannya sebagai forum komunikasi dan konsultasi dengan pengusaha lainnya dan pemerintah serta pihak-pihak lain yang terkait yang berhubungan dengan produksi, distribusi serta pelayanan obat dan alat kesehatan.

Hingga akhir tahun 2018, Perseroan telah memiliki 231 persetujuan izin edar obat yang terdiri dari kategori Ethical Generik (OGB), Over The Counter (OTC), Ethical Branded, serta alat kesehatan lainnya.

Pada 2020 ini, Indofarma berhasil masuk menjadi anggota holding BUMN farmasi, bersama dengan PT Biofarma sebagai induk dan PT Kimia Farma. Holding ini bertujuan untuk membantu penyebaran produk farmasi secara merata ke seluruh pelosok negeri. Selain itu, juga untuk menumbuhkan inovasi dari anggota holding farmasi, dalam menciptakan suatu produk baru.

 

Sumber: Bisnis.comIndofarma

Foto: TEMPO/Dasril Roszandi, Indofarma

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU