Jumat, 19 April 2024

Tekan Kontribusi Penjualan Obat, Indofarma (INAF) Fokus Bisnis Alat Kesehatan

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) menargetkan lima tahun ke depan bisnis alat kesehatan mampu berkontribusi 25% ke pendapatan perusahaan untuk mengimbangi bisnis farmasi yang sudah esksisting serta memperbaiki fundamental bisnis perusahaan.

Asal tahu saja, sejak 2016 INAF sudah mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk yakni Rp 17,36 miliar. Kemudian di 2017 rugi bersih INAF naik hingga 166% year on year (yoy) menjadi Rp 46,28 miliar, lalu di 2018 rugi bersihnya turun 29,97% yoy menjadi Rp 32,73 miliar. 

Perbaikan fundamental dengan diversifikasi produk yakni fokus ke bisnis alat kesehatan mulai dilakukan INAF pada 2018. Perusahaan farmasi pelat merah ini melihat arah persaingan industri farmasi di waktu mendatang akan lebih ketat dan tidak hanya berorientasi pada produk obat generik tapi juga layanan healthcare. 

Pertimbangan lainnya, produk alat kesehatan ditengarai punya margin yang lebih besar. Direktur Keuangan dan Human Resource PT Indofarma Tbk Herry Triyatno menjelaskan Indofarma mengelompokkan produk penjualan menjadi tiga, yakni Farmasi, Diagnostic & Medical Equipment (DME) dan Natural Extract.

“Hingga saat ini kalau hanya melihat di sisi induk perusahaan saja yakni Indofarma, kontribusi segmen Farma masih dominan yakni hingga 90%,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10).

Tahun depan, Herry menjelaskan komposisi ini akan mengalami perubahan yakni kelompok produk alat kesehatan akan tumbuh secara signifikan. Memang di sepanjang 2019 kontribusi penjualan alat kesehatan diproyeksikan Herry masih belum signifikan karena tahun ini menjadi masa persiapan untuk eksekusi 2020.

Herry menargetkan kontribusi penjualan alat kesehatan di 2020 mampu mencapai 20% khusus dari Indofarma saja sebagai induk usaha. Nah, dengan adanya pertumbuhan double digit tersebut Herry menyatakan komposisi portofolio di bisnis alat kesehatan secara bertahap akan menyeimbangkan dengan bisnis farmasi yang saat ini sudah eksisting.

Targetnya dalam lima tahun ke depan komposisi portofolio INAF bisa menjadi 50% farmasi, 25% alat kesehatan atau DME dan natural extract 25%.  

Asal tahu saja, sampai dengan saat ini Indofarma sudah membuat kesepakatan kerjasama dengan mitra perusahaan alat kesehatan dari China sebanyak 8 perusahaan produsen medical disposable/consumable dan durable terkait instrumen medis kategori electromedical.
 

Sedangkan mitra kerjasama dari Korea Selatan sudah lima perusahaan untuk durable medical equipment dan lima perusahaan produsen consumable/disposable. 
Kerjasama ini ada yang dilakukan secara langsung, atau melalui asosiasi Korea Medical Device (KMD) Indonesia.

Skema kerjasama yang dibangun oleh INAF dengan partner luar negeri dilakukan dengan prinsip gradual dengan pertimbangan antara kebutuhan pasar dengan daya saing ketika dipasarkan. 
Adapun fokus kerjasama dengan produsen alat kesehatan sebagai bagian recana jangka panjang untuk pengembangan produk maupun produksi alat kesehatan.

Di sisi lain, INAF juga terus berupaya mengembangkan bisnis Farma dengan menjalin kerjasama dengan negara lain seperti India untuk produk farmasi yakni onkologi (kanker) dan anti retroviral (HIV).

“Diharapkan dua segmen bisnis INAF mampu tumbuh dengan baik dan mampu memperbaiki kinerja dan bisnis proses untuk Farma,” tutupnya.  

Foto : TEMPO/Dasril Roszandi

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU