Jumat, 29 Maret 2024

PT Inuki Jajaki Kerja Sama dengan Mitra Potensial di IAEA

ads-custom-5

Jakarta, BUMNInfo | Sidang Umum International Atomic Energy Agency (IAEA) ke-63 berlangsung di Wina, Austria 16-20 September 2019. Dalam kesempatan penting itu, peserta konferensi dari Indonesia juga merangkainya dengan Rapat Koordinasi Delegasi RI General Confrence IAEA.

Hadir pada sidang umum itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir. Indonesia turut berkontribusi dalam bidang teknologi nuklir untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDG).

Selain Menristekdikti dan jajaran, Delegasi RI juga diisi oleh Kemenlu, Kemenkes, Batan, Bapeten, KBRI/PTRI Wina, dan PT. Inuki Dalam rangkaian Sidang Umum IAEA ini, delegasi Indonesia juga secara aktif melakukan pertemuan bilateral dengan banyak mitra potensial dari negara anggota lain untuk mengembangkan industri nuklir di Indonesia.

Bunjamin Noor sebagai Direktur Produksi dan Penjualan PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) menyatakan kebanggaannya bisa hadir pada Sidang Umum IAEA itu.

“Kita PT Inuki (Persero) baru pertama kali diundang untuk mengikuti agenda ini dan Inuki melihat bahwa dunia nuklir di dunia sudah sangat maju sesuai dengan rencana program nasional Inuki dalam penyebaran Cyclotron dan PET CT Scan serta rencana pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, di mana Batan sebagai Badan Peneliti maka sewajarnya Inuki sebagai bagian dari rencana tersebut,” kata Bunjamin dalam rilis yang diterima Tempo.

Menristekdiksi Mohamad Nasir dalam sambutannya pada sidang IAEA itu menyatakan kalau Indonesia sangat mendukung hal ini dan telah memperkuat kemampuan safeguards nuklir yang dikembangkan IAEA di kawasan Asia Pasifik antara lain melalui keketuaan Indonesia pada Asia-Pacific Safeguards Network (APSN)

Mohamad Nasir juga menyebut Indonesia telah memiliki Practical Arrangement dengan IAEA untuk memudahkan kerja sama teknis diantara negara berkembang. Indonesia jelasnya juga telah memposisikan diri sebagai negara pemberi bantuan.

“Sebagai bukti, Indonesia telah ditunjuk oleh IAEA sebagai Collaborating Centre for Plant Mutation Breeding, menjadi negara kontributor IAEA Peaceful Uses Initiatives, dan menjadi negara penyedia bantuan untuk meningkatkan kapasitas teknis nuklir sejumlah negara dalam kerangka Nuclear Capacity Project yang akan dimulai tahun depan,” ujar Mohammad Nasir.

Dalam forum di Wina, Nasir juga mempromosikan keunggulan Indonesia di sektor pertanian. Dengan teknologi nuklir, Indonesia telah berinovasi mengembangkan varietas padi dan kedelai unggul yang berkontribusi terhadap pencapaian ketahanan pangan nasional. Begitu juga dengan sektor kesehatan yang juga telah bekerja sama dengan kedokteran nuklir nasional.

“Saat ini, Indonesia dan IAEA bekerja sama mengembangkan kemampuan kedokteran nuklir nasional, khususnya untuk penanganan penyakit kanker,” tegasnya.

Hal lain yang mendapat perhatian negara-negara adalah inovasi Indonesia dalam memajukan edukasi nuklir kepada generasi muda, melalui konsep ‘Internet Reactor Laboratory’. Selama nyaris sepekan ini, Indonesia memamerkan metode distant learning aktivitas reaktor riset Kartini di Yogyakarta dapat dipantau secara live melalui jaringan internet dari Markas PBB Wina.

Sidang Umum IAEA merupakan Konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak tahun 1956 yang diselenggarakan bagi negara-negara anggota PBB untuk menentukan arah kebijakan IAEA untuk menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.

Sumber : tekno.tempo.co

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU