Jumat, 19 April 2024

Disrupsi Teknologi pada POS INDONESIA

ads-custom-5

Dalam sejarahnya, Pos Indonesia merupakan salah satu BUMN tertua di Indonesia. Masa-masa keemasan industri perposan ada pada medio 1970 hingga 1980-an. Saat itu masyarakat sangat setia memanfaatkan layanan pos. Jasa pengiriman surat, perangko maupun jasa keuangan berupa wesel merupakan produk yang tidak tergantikan serta menjadi roda penggerak utama bisnis Pos Indonesia. Namun pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan gaya hidup membuat Pos Indonesia mengalami pergeseran bisnis yang sangat signifikan.

Pergeseran Pasar

Medio 2000an merupakan awal dari masa paling suram bisnis PT Pos Indonesia. Pos Indonesia terus menerus mengalami kerugian dalam capaian kinerja keuangannya sejak tahun 2003 dan nyaris bangkrut di periode antara tahun 2004 hingga 2008. 

 

Dimulai dari digesernya peran jasa pengiriman surat Pos Indonesia melalui kemunculan layanan pesan singkat (SMS) melalui ponsel. Kemudian ditambah munculnya berbagai platform media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Sehingga jasa pengiriman surat Pos Indonesia menurun secara drastis.

kotak_surat_kuno_final

Kondisi tersebut juga diikuti oleh bisnis jasa keuangan yang dijalankan Pos Indonesia. Dipicu oleh perubahan lingkungan bisnis dan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Serta kurang cepatnya Pos Indonesia mengimbangi pertumbuhan dan persaingan pada bisnis jasa keuangan. Kehadiran sistem keuangan perbankan dan fintech ikut menggilas pundi-pundi pendapatan Pos Indonesia. Untuk mengirim uang Rp 1 juta melalui wesel pos dikenakan tarif termurah Rp 14.000 dengan jangka waktu pengiriman sehari. Ini jelas berbeda dengan layanan perbankan ataupun fintech yang bisa mengirim dan diambil dalam satu waktu (real time) dan bahkan bisa gratis. 

Terakhir yaitu jasa pengiriman barang, hadirnya social media dan e-commerce membuat siapa saja dapat berjualan online. Dampaknya jasa pengiriman barang semakin meningkat dan dibutuhkan, namun mengapa Pos Indonesia tak lagi menjadi pemain utama?

 

 

POS INDONESIA

Sejak dahulu Pos Indonesia telah memberikan layanan pengiriman barang, namun jumlahnya hanya sedikit. Sehingga jika dahulu Pos Indonesia cenderung hanya melayani surat 2 dimensi kini Pos Indonesia harus melayani barang 3 dimensi yang memerlukan perubahan perlakuan terhadap barang. Ketidaksiapan Pos Indonesia pada perubahan culture inilah yang menyebabkan Pos Indonesia masih tertinggal di jasa pengiriman barang.

 

Didominasi Generasi X

Persentase usia karyawan Pos Indonesia berusia di atas 45 tahun sekitar 67%. Karyawan yang berusia antara 35-45 tahun sekitar 18%. Kemudian karyawan yang berusia di bawah 35 tahun kira-kira 17%. Karyawan yang berusia di atas 45 tahun pernah merasakan kejayaan Pos dan merasakan bagaimana Pos Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Profesi mereka sangat dihargai pada zamannya. Bagi mereka yang pernah mengalami kejayaan tersebut maka perubahan merupakan suatu hal yang sulit. Dengan komposisi karyawan yang didominasi generasi X, artinya tantangan untuk melakukan transformasi di Pos Indonesia sangat berat.

Kala itu jumlah lokasi layanan yang menggurita tersebar lebih dari 24.000 titik dari Sabang hingga Merauke. Namun, semua itu tidak banyak membantu sebaliknya justru malah menimbulkan kerugian akibat tidak maksimalnya pemberdayaan SDM serta berkurangnya efisiensi. Pada periode kritis ini Pos Indonesia merugi setiap tahunnya. 

 

Transformasi Bisnis Pos Indonesia

Ditengah gempuran disrupsi teknologi yang dialami, Pos Indonesia masih terbukti mampu bertahan. Pada 2009, PT Pos mulai meraup untung. Ini merupakan titik balik BUMN pos yang sedang diuji zaman. Pos Indonesia kini mulai merelevankan bisnisnya menjadi digital secara keseluruhan.

“Seberapa cepat? Iya, memang tidak cepat. Saya paham bahwa ada kegagapan di Pos Indonesia sebagai perusahaan yang terlahir bukan di era digital.

Memang ada kelambatan, tetapi karena kami fokus dan tahu betul apa yang diinginkan maka perubahan relatif berjalan.” Ujar Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Gilarsi W. Setijono.

 

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU