Kamis, 25 April 2024

PTPN VII Terapkan Sucrosin Tingkatkan Produksi Gula

ads-custom-5

Lampung, BUMN Info | PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII mulai menerapkan aplikasi Sucrosin (zat pengatur tumbuh plus) pada dua pabrik gula di Lampung dan Sumatra Selatan (Sumsel). Aplikasi Sucrosin tersebut untuk mendongkrak produksi gula dari pabrik gula tersebut, yang selama ini belum maksimal.

Penerapan Sucrosin tersebut melalui PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), anak perusahaan PTPN Holding Company, sebagai solusi untuk meningkatkan produksi gula pada Pabrik Gula (PG) Bunga Mayang dan juga nantinya Cinta Manis.  

 

“Kami baru tiga minggu lalu menguji coba formula Sucrosin Plus ini terhadap seribu hektare tanaman tebu di Bunga Mayang. Hari ini kami mengajak Pak Pri (Priyono, direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri) PT RPN ke sini untuk melihat perkembangan uji coba ini,” kata Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN Holding Ahmad Haslan Saragih di sela-sela meninjau PG Bunga Mayang di Lampung Utara, Kamis (8/8).

 

Dalam peninjauannya, ia didampingi Dirut PTPN VII Muhammad Hanugroho, Direktur Operasional Husairi serta dari PT Buma Cima Nusantara (BCN), anak perusahaan PTPN VII yang mengelola PG Bunga Mayang dan PG Cinta Manis. Hadir juga Direktur Utama Herbertus Koes Darmawanto dan Direktur Produksi Dicky Tjahyono.

 

Menurut Priyono, Sucrosin Plus, formulanya sudah dibuktikan di PTPN II, PTPN XIV, dan lainnya. Melalui perjalanan panjang, pihaknya bisa meyakinkan stakeholder yang notabene sesama anak perusahaan dalam aplikasi Sucrosin Plus ini.

 

“Secara maraton, kami bisa meyakinkan direksi. Kami sudah aplikasikan Sucrosin Plus ini di PTPN II, XIV, dan beberapa lagi dan hasilnya menggembirakan,” kata peneliti senior yang delapan tahun bekerja di Nestle, Perancis ini.

 

Pada umur tanaman tebu lima bulan menggunakan Sucrosin, PTPN XIV di Takalar, misalnya, taksasi atau ditaksir bisa menghasilkan 180—200 ton per hektare. Padahal sebelumnya cuma 60—70 ton. Perkiraan rendemen juga akan naik signifikan.

 

Untuk PTPN VII, Priyono mengaku baru mencoba untuk 1.000 ha dari 2.000 ha komitmen awal. Yakni, untuk tanaman tebu baru (TC) dan tunggak semi atau ratoon. Dengan perlakuan khusus sejak pengolahan lahan hingga proses panen, pihaknya yakin teknologi Sucrosin Plus bisa menjadi jawaban atas tantangan PTPN Holding untuk menggenjot produksi hingga 200 ton per hektare dengan rendemen 10 persen.

 

Priyono menjelaskan, aspek yang digencarkan teknologi Sucrosin Plus ini meliputi tiga hal. Yakni, optimasi pertumbuhan alami; memperbaiki perubahan fisik, kimia, biologi tanah, dan pupuk menggunakan pembenah tanah alami; dan penyehatan lahan menggunakan pupuk hayati. “Temuan kami ini sudah kami patenkan,” kata dia.

 

Tiga aspek yang galakkan dengan pendekatan sains itu, kata Priyono, telah membuktikan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat memberi harapan. Namun demikian, ia mengakui ada perlakukan khusus, membutuhkan peningkatan keterampilan pekerja, dan ada tambahan cost produksi yang cukup signifikan.

 

Dirut PTPN VII Muhammad Hanugroho menyatakan, siap mengaplikasikan seluruh tanaman tebu di PT BCN dengan Sucrosin Plus. Ia mengatakan, treatmen kepada tebu sebagai satu-satunya komoditas tanaman semusin di PTPN VII sangat penting dan krusial.

 

“Kami sangat berharap dari teknologi Sucrosin ini menjadi jawaban ketika perusahaan sedang kurang sehat. Sebab, investasi yang sukses di tanaman tebu jangka waktunya cepat. Hari ini diaplikasikan, setahun kemudian kita sudah ada hasilnya. Beda dengan sawit atau karet,” kata dia.

 

Menurut dia, perlakuan dengan Sucrosin Plus yang sudah diaplikasikan di PTPN II, XIV, dan lainnya yang berhasil adalah petunjuk tentang masa depan industri gula PT BCN.

 

Sumber: republika.co.id

BERITA TERKAIT

ads-sidebar
ads-custom-4

BACA JUGA

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU